Effect of Mutilation and Ablation to Molting of Mangrove Crab (Scylla serrata) as Soft Crab Soft crabs that are more expensive than regular crab, that having hard carapace, in nature and in culture are very difficult to find. This study aimed to get the soft crabs more easily controlled the number of molting in culture, by the method of mutilation and ablation. Thus the supply in market will be able to meet existing demand. Four treatment techniques had been implemented namely mutilation, ablation, ablation + mutilation, and controls which each performed four replications. Complete Randomized Desaign (CRD) was used because the experiment was conducted in a fairly homogeneous patch of tambak pond. Experimental unit in the form of bamboo pen cages with the size of 2x1x1m filled with 20 crabs. All experimental crabs were ready for molting (dark color) even with 40-90 g of varied sizes. The results showed that each week until the third week, the average number of crabs per unit experiment with techniques of mutilation was always having highest of molting number, respectively 1.00, 3.25, and 11.00 crabs and having the lowest mortality rate, respectively 0. 25, 1.75, and 1.25 crabs, compared with the ablation, mutilations + ablation technique, and control. Statistically four treatments in molting, in week two and three was significantly different , eventhough in mortality was not (α = 5%).Keywords : mangrove crab (Scilla serrata), soft crabs, mutilation, ablation ABSTRAK Kepiting lunak yang harganya lebih mahal dari kepiting biasa bercangkang keras, di alam maupun dalam budidaya sangat susah ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kepiting lunak yang lebih mudah terkontrol jumlahnya dalam budidaya, dengan metoda mutilasi dan ablasi. Dengan demikian dalam pasar ketersediaannya akan dapat memenuhi permintaan yang ada. Empat perlakuan telah dilaksanakan yaitu teknik mutilasi, ablasi, mutilasi+ablasi, dan kontrol dengan masing-masing dilakukan empat kali ulangan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan karena percobaan ini dilakukan di suatu petak tambak yang cukup homogen. Unit percobaan berupa keramba bambu tancap ukuran 2x1x1m yang diisi 20 kepiting yang semua kepiting dalam percobaan siap molting (warnanya gelap) meskipun dengan ukuran yang bervariatif 40-90 g. Hasil penelitian menunjukan bahwa tiap minggu sampai pada minggu ke tiga rata-rata jumlah kepiting per unit percobaan dengan teknik mutilasi selalu tertinggi terjadinya proses molting yaitu masing–masing 1,00; 3,25; dan 11,00 ekor dan mortalitasnya terendah yaitu 0,25; 1,75; dan 1,25 ekor dibanding dengan teknik ablasi, mutilasi+ablasi; dan kontrol. Secara statistik ke empat perlakuan dalam molting pada minggu ke dua dan ke tiga berbeda nyata hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan mutilasi, meskipun dalam mortalitas tidak berbeda nyata (selang kepercayaan 95 %).Kata Kunci : Kepiting bakau (Scilla serrata), kepiting lunak, mutilasi, ablasi.
CITATION STYLE
Khairiah, K., Wardoyo, S. E., & Wahid, P. (2017). PENGARUH MUTILASI DAN ABLASI TERHADAP MOLTING KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) SEBAGAI KEPITING LUNAK. Jurnal Sains Natural, 2(1), 81. https://doi.org/10.31938/jsn.v2i1.37
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.