Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik penyelenggaran pengukuran kemiskinan di Badan Pusat Statistik menggunakan metode kualitatif yaitu teori jejaring aktor. Hasil penelitian menunjukkan penerapan kaidah-kaidah statistika dalam setiap tahapan pengukuran memberikan manfaat sekaligus kerugian. Tahap demi tahap pengukuran mengakibatkan hilangnya efek lokalitas, partikularitas, materialitas, multiplisitas, dan kontinuitas. Pada tahap akhir yang tinggal hanya berupa angka-angka. Akan tetapi, pada setiap tahapan tersebut, hal baru ditambahkan sehingga memperoleh manfaat kompatibilitas, standardisasi, teks, sirkulasi, dan eksplanasi. Pola interaksi antara pelaku pengukuran dan objek pengukuran terjadi pemisahan agar prinsip objektivitas terpenuhi. Dengan demikian, pengukuran kemiskinan tidak mendorong terjadinya pembelajaran sosial melalui interaksi. Berdasarkan temuan ini, dalam pengukuran kemiskinan perlu adanya interaksi sosial yang bersifat dialogis antara penyelenggara pembangunan, penyelenggara pengukuran, dan masyarakat yang diukur. Melalui interaksi ini dapat digali informasi-informasi penting untuk memperkaya statistik kemiskinan dalam mendukung kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia.
CITATION STYLE
Nasution, A. (2018). PENYELENGGARAAN PENGUKURAN KEMISKINAN DI BADAN PUSAT STATISTIK: PENDEKATAN TEORI JEJARING-AKTOR. Jurnal Sosioteknologi, 17(1), 154–170. https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2018.17.1.15
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.