KotaSurabaya merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki permasalahan kemacetan yang cukup kompleks. Pusat dari Surabaya Metropolitan Area ini mengalami ekspansi kegiatan wilayahnya. Ekspansi ini memicu tingginya pergerakan akibat mobilitas penduduk sehingga penggunaan kendaraan pribadi yang lebih tinggi daripada transportasi publik yang menyebabkan kemacetan. Salah satu upaya untuk mengurangi pertambahan kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu dengan adanya Kereta Api Lokal berbasis transit. Kota Surabaya memiliki tiga fasilitas transit bagi pengguna KA Lokal jalur selatan yaitu Stasiun Wonokromo, Gubeng dan Surabaya Kota. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai tingkat aksesibilitas bagi pelaku moda berjalan kaki menuju ketiga stasiun keberangkatan. Studi ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis variabel-variabel penentu aksesibilitas, metode composite measureuntuk mengukur aksesibilitas di ketiga stasiun, dan analisis korelasi untuk mengukur keterkaitan aksesibilitas dengan pergerakan transit pelaku moda berjalan kaki (Walk and Ride/WnR). Hasil studi menunjukan bahwa tingkat kualitas dan pelayanan stasiun merupakan variabel utama yang dipertimbangkan pelaku moda berjalan kaki (Walk and Ride/WnR)mengakses stasiun. Stasiun Gubeng memiliki indeks aksesibilitas tertinggi dengan moda berjalan kaki. Malalui analisis korelasi diketahui adanya keterkaitan yang signifikan antara indeks aksesibilitas stasiun dengan tingkat pergerakan pelaku moda berjalan kaki(Walk and Ride/WnR)menuju stasiun
CITATION STYLE
Irmawandari, I., & Handayeni, K. D. M. E. (2020). Kajian Aksesibilitas Stasiun dengan Moda Berjalan Kaki di Kota Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 8(2). https://doi.org/10.12962/j23373539.v8i2.47406
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.