Studi mengenai aktivitas curah hujan Benua Maritim Indonesia (BMI) menjadi penting karena dikaitkan dengan aktivitas Monsun Indo-Australia. Analisis spasial digunakan untuk memberikan gambaran secara luas mengenai curah hujan spasial BMI terkait dengan Monsun Indo-Australia. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan spasial dari Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) dan angin zonal 850 mb, guna menghitung indeks Monsun Indo-Australia, dari National Centers for Environmental Prediction (NCEP). Setelah dihitung indeks Monsun Indo-Australia, dipilih Australian Monsoon Index 0 AUSMI0 dan AUSMI3, maka selanjutnya dilakukan korelasi lag (waktu jeda) pada masing- masing indeks, terhadap curah hujan spasial. Diperoleh hasil bahwa Monsun Indo-Australia cenderung tidak berkaitan terhadap variabilitas musiman curah hujan BMI saat periode JJA. Wilayah BMI dengan variabilitas musiman curah hujan mempunyai keterkaitan paling kuat saat periode DJF adalah Lampung, Jawa, Kalimantan bagian selatan dan Makasar. Wilayah BMI dengan variabilitas musiman curah hujan mempunyai keterkaitan yang sangat kuat pada saat dan sebelum Monsun Indo-Australia aktif.
CITATION STYLE
Nuryanto, D. E. (2012). KETERKAITAN ANTARA MONSUN INDO-AUSTRALIA DENGAN VARIABILITAS MUSIMAN CURAH HUJAN DI BENUA MARITIM INDONESIA SECARA SPASIAL BERBASIS HASIL ANALISIS DATA SATELIT TRMM. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 13(2). https://doi.org/10.31172/jmg.v13i2.123
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.