Beban ganda generasi roti apit (sandwich generation) yang menanggung tiga generasi, satu generasi diatasnya, diri sendiri dan satu digenerasi dibawahnya mempengaruhi produktivitas dan daya saingnya., terlebih di saat krisis ekonomi global akibat dari pandemic Covid 19 dan dampak perang. Bagi Indonesia, ini titik krusial dalam memanfaatkan peluang bonus demografi karena generasi roti apit mencapai 70,72 persen dari total penduduk sebanyak 271,35 juta jiwa sesuai dengan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020. Istilah “sandwich generation” yang dikemukakan pertama kali oleh Prof. Dorothy A. Miller pada tahun 1981 juga terjadi di semua negara, terlebih di Indonesia dimana masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai riligius dan kekerabatan. Mereka rentan menjadi miskin, manakala terkena Pemutusan Hubungan Kerja yang berdampak kepada dirinya maupun dua generasi yang ditanggungnya. Mereka umunya memiliki latar belakang pendidikan dan pendapatan yang rendah, sehingga produktivitas yang diharapkan dari pemanfaatan bonus demografi dapat tertahan oleh munculnya berbagai persoalan multi dimensional dari generasi roti apit. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan variable generasi roti apit dan peluang pemanfaatan bonus demografi di Indonesia. Analisis data bersifat naratif mengacu pada rumusan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Kondisi mereka yang fatik mengakibatkan produktivitas dan daya saingnya rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus mencari solusi terbaik melalui pendidikan dan latihan maupun jaminan sosial baik bagi generasi roti apit maupun yang menjadi tanggungannya.
CITATION STYLE
K. P. Suharyono S. Hadiningrat. (2023). Dampak Generasi Roti Apit Terhadap Peluang Bonus Demografi Di Indonesia. Jurnal Lemhannas RI, 11(2), 30–44. https://doi.org/10.55960/jlri.v11i2.432
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.