Tari Jaran Buto adalah tari yang diartikan “ Kuda Lumping Raksasa” adanya kesenian Jaran Buto terinspirasi dari cerita rakyat yang melegenda di Banyuwangi yakni seorang Menak Jinggo seorang raja kerajaan Blambangan, konon Raja Menak Jinggo yang memiliki kepala buto dan berbadan besar kekar bagaikan raksasa. Tari Jaran Buto merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh bapak Yono Santoso yang terinspirasi dari Tari Jaran Buto yang berada di Banyuwangi dan diciptakan oleh seniman Setro Asnawi pada tahun 1963. Tata rias menjadi hal paling penting dalam tari ini karna tata riasnya yang dominan seram disetiap karakter tokoh yang diperankan dan memiliki makna tersediri dan busana yang digunakan menyerupai raksasa tetapi dengan perpaduan warna-warna dan accessories yang unik dan khas. Tata rias merupakan hal yang sangat penting juga merupakan hal yang paling peka dihadapan penonton. Tata Rias tari Jaran Buto menggunakan tata rias karakter yang berarti tata rias denganmengubah keseluruhan wajah dan karakter penari yang sesuai dengan kebutuhan tema tari, sedangkan busana tari jaran buto dibagi menjadi lima bagian yakni busana dasar, tubuh, kaki, kepala dan aksesoris. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif. Proses pengumpulan data pada tulisan ini menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan pengelolahan dan analisis data, hasil analisis dari metode kualitatif adalah deskriptif tata rias dan busana tari Jaran Buto.
CITATION STYLE
Wahyuni, D. T., Rochayati, R., & Siswanto, S. (2023). Deskripsi Tari Jaran Buto Dalam Perspektif Tata Rias dan Busana di Kabupaten Banyuasin Sumatra Selatan. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(4), 440–446. https://doi.org/10.31004/anthor.v2i4.169
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.