Bangsing Waringin berasal dari dua kata dalam Bahasa Bali Alus yaitu Bangsing dan Waringin, “Bangsing” yang berarti Akar atau Kayu sedangkan “Waringin” yang berarti beringin atau nama dari pohon itu sendiri. Dari konsep tersebut penata menuangkan ide dalam barungan Gamelan Angklung Don Kutus dengan judul tabuh kreasi Bangsing Waringin. Karya komposisi tabuh kreasi Bangsing Waringin ini lebih mengutamakan pola-pola yang melodis, ritmis, dinamis, serta harmonis. Karya ini menggambarkan tentang kekokohan hingga kompleksitas bentuk pohon beringin itu sendiri, yang dari berabad-abad adanya hingga saat ini dan juga secara langsung mengangkat ilustrasi dari manfaat pohon beringin yang ada di Desa Kayuputih. Tabuh kreasi ini bersifat kekinian tetapi tetap mengacu pada pola atau pakem tradisi seperti tri angga dengan tiga kerangka utama yaitu kawitan, pengawak, dan pengecet. Disamping dengan tiga kerangka utama tersebut, penata lebih memilih pola-pola dengan menyebut perbagian dalam komposisi iringan tabuh kreasi ini. Penata mengolah teknik permainan pada instrumen pemade, melodi jublag, jegogan dan suling, dengan lebih banyak menggunakan permainan melodi nada diatonis, teknik polifonik, serta permainan kekebyaran pada bagian pengawit.
CITATION STYLE
Kusumayana, I. G. W., & -, S. (2023). TCreation Music Bangsing Waringin | Tabuh Kreasi Bangsing Waringin. GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 3(3), 306–312. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i3.2193
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.