Kata “ronggeng” merupakan kata yang identik dengan salah satu seni tradisi di Jawa. Akan tetapi, tradisi ronggeng ini juga dapat ditemukan di daerah lainnya di luar Jawa, salah satunya di Pasaman. Tradisi ini unik karena hidup dan tumbuh di daerah Pasaman, yaitu daerah khas dengan percampuran budaya dari berbagai etnis. Hal itu tercermin pula dalam tradisi ronggeng yang ada di sana, yang dikenal dengan sebutan Ronggeng Pasaman. Tulisan ini memaparkan tradisi Ronggeng Pasaman dilihat dari konsep hibriditas. Hibriditas adalah konsep melihat bahwa setiap proses budaya mengandung percampuran dan interaksi lintas batas. Hibriditas dari tradisi ini pertama terlihat dari namanya yang mengambil nama dari tradisi ronggeng di Jawa. Kedua dari pelaku tradisi yang keseluruhannya adalah laki-laki karena mengadopsi tradisi di Minangkabau yang melarang perempuan tampil. Ketiga, mengambil tradisi berpantun di Melayu serta alat musik pengiring (seperti biola, akordion, dan sebagainya). Keempat, bahasanya adalah bahasa Minang dengan logat Pasaman dengan beberapa kosakata Mandailing.
CITATION STYLE
Meigalia, E. (2013). Ronggeng di Minangkabau. Jurnal Elektronik WACANA ETNIK, 4(2), 101. https://doi.org/10.25077/we.v4.i2.50
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.