PROFIL PENGETAHUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM PADA MATA KULIAH PRAKTIKUM KIMIA

Abstract

Latar Belakang. Bagi mahasiswa di program studi pendidikan IPA wajib untuk mengetahui serta membudayakan K3 karena mahasiswa ini yang nantinya diharapkan akan menjadi pendidik (guru maupun laboran) yang baik di pendidikan tingkat pertama, pekerja yang baik dibidang industri, maupun menjadi ilmuwan. Tujuan. Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium IPA Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui tingkat pengetahuan Kesehatan dan Keselematan Kerja (K3) menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP Citra Bakti, Flores, NTT. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan IPA yang telah melaksanakan mata kuliah praktikum kimia dasar yang berjumlah 64 orang. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan IPA tingkat I, II dan III di STKIP Citra Bakti yang berjumlah 45 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan (kognitif) sampel penelitian yaitu menggunakan tes dan non-tes. Tes yaitu dilakukan secara tertulis yang menggunakan soal objektif dengan pilihan berganda (lima pilihan). Non-tes yaitu dilakukan dengan cara wawancara yang terstruktur. Hasil. Standar (kompetensi) K3 (yaitu menentukan pengelolaan dan penanganan zat kimia berbahaya) memiliki 3 (tiga) indikator serta 21 indikator soal, sehingga standar K3 memiliki 21 nomor item soal objektif dengan pilihan berganda (lima pilihan) yang diberikan kepada 45 mahasiswa pendidikan IPA STKIP Citra Bakti tahun 2022, dan menghasilkan data mengenai tingkat pengetahuan K3 mahasiswa pendidikan IPA (rata-rata) berada pada kualitas kurang yaitu sebesar 37%. Simpulan. Secara umum tingkat pengetahuan K3 mahasiswa pendidikan IPA di laboratorium berada pada kualitas kurang, yaitu sebesar 37 %. Temuan dari penelitian tersebut dikarenakan adanya faktor; tidak adanya motivasi (dari dalam peserta didik), keterbatasan sarana-prasarana di laboratorium (dari luar peserta didik), serta dari tidak adanya kurikulum pembelajaran yang tertulis secara langsung (mengenai K3).