Pertumbuhan penduduk yang pesat menjadikan daerah pinggiran kota sebagai peluang alternatifpengembangan baru. Perkembangan fisik menuju daerah pinggiran kota mengakibatkan perubahanlahan pertanian yang produktif. Selain itu, masuknya para migran telah membawa keragaman budaya,gaya hidup yang mengakibatkan munculnya dikotomi antara penduduk lokal dengan pendatang didaerah pinggiran kota. Kawasan Solo Baru, Sukoharjodipilih sebagai studi kasus permukiman pinggiransebagai daerah hasil pemekaran perkembangan Kota Surakarta bagian Selatan. Keberadaan kawasanpermukiman Solo Baru yang begitu pesat menjadi daya tarik bagi penduduk pendatang untukbermukim di Solo Baru.Segregasi menjadi dampak negatif dari perkembangan kota menuju arahpinggiran yang kurang terkendali seperti pada karakter social masyarakatnya yang terjadi kesenjanganantara permukiman terencana dengan permukiman tidak terjadi. Pendekatan penelitian menggunakanpendekatan kuantitatif.Metode analisis menggunakan analisis diskriminan dan indeksdissimilarity.Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 4 model segregasi secara fisik yang terdapat dikawasan Perkotaan Solo Baru yakni segregasi yang dipisahkan oleh akses jalan dan kelas jalan, fungsikawasan, ruang publik, dan tipe rumah. Keempat model segregasi ini lebih dipengaruhi oleh adanyafaktor penentu segregasi yang dilihat dari variabel pendapatan, tingkat pekerjaan dan pendidikanpenduduknya.Kata kunci: segregasi, permukiman, daerah pinggiran kota
CITATION STYLE
Wulangsari, A. (2014). Tipologi Segregasi Permukiman berdasarkan Faktor dan Pola Permukiman di Solo Baru, Sukoharjo. JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA, 10(4), 387. https://doi.org/10.14710/pwk.v10i4.8166
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.