Salah satu komoditas perkebunan yang berkembang dengan pesat di Indonesia adalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis). Penurunan produksi Kelapa sawit terjadi pada saat kelapa sawit telah mencapai usia 25 tahun sehingga perlu dilakukan peremajaan. Permasalahan utama yang dihadapi ketika melakukan peremajaan kebun kelapa sawit adalah adanya jeda waktu yang cukup panjang pada proses pertumbuhan kelapa sawit. Permasalahan tersebut menjadikan petani tidak akan lama memperoleh hasil dari kebun kelapa sawit. Lahan sawit pada masa peremajaan tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan dengan pola polikultur (tumpang sari). Penentuan jenis tanaman yang sesuai ditanam dengan pola polikultur pada kebun kelapa sawit mesti dipilih secara benar. Pemilihan yang benar bertujuan agar menghindari kegagalan dalam pola tumpang sari dan mendapatkan hasil yang maksimal. Karena pentingnya proses pemilihan tanaman dengan pola tumpang sari pada proses peremajaan kebun kelapa sawit, maka perlu membuat penelitian untuk menentukan tanaman dengan pola tumpang sari pada proses peremajaan kebun kelapa sawit berdasarkan standar kriteria yang yang terdapat pada beberapa penelitian sebelumnya dengan metode weighted product. Metode WP dipilih karena kecepatan dan ketepatannya dalam pengambilan sebuah keputusan, dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau hampir seperti kriteria yang ditetapkan. Pada penelitian ini, hasil urutan alternatif dimulai dari yang terbaik adalah ubi, pisang, cabe merah, jagung dan kedelai.
CITATION STYLE
Rifqi, M., & Basorudin. (2020). Penerapan Metode Weighted Product untuk Pemilihan Tanaman Tumpangsari pada Kebun Kelapa Sawit. SATIN - Sains Dan Teknologi Informasi, 6(2), 87–96. https://doi.org/10.33372/stn.v6i2.670
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.