Makna Tradisi Rejeban dalam Perspektif Buddha Dhamma di Desa Widarapayung Kulon Cilacap

  • Siswoyo E
N/ACitations
Citations of this article
30Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna tradisi Rejeban di Desa Widarpayung Kulon dari sudut pandang agama Buddha. Tradisi Rejeban di Desa Widarapayung Kulon merupakan tradisi rutin yang dilaksanakan satu tahun sekali. Tradisi ini dilaksanakan dengan dua tahapan dan dilaksanakan di dua tempat. Di pagi hari, masyarakat meletakkan bunga dan kemenyan di batu nisan keluarga yang telah meninggal. Menjelang siang hari, masyarakat mengadakan kenduri. Semua proses yang dilakukan mempunyai makna bahwa anak harus berbakti kepada orang tua walaupun orang tua sudah meninggal dunia. Tujuan dari rangkaian rejeban yaitu mengirimkan doa kepada sanak saudara yang telah meninggal dunia agar memperoleh kebahagiaan. Hal yang sama diajarkan oleh Buddha Gautama tentang pattidana dan ullambana, yaitu seorang anak harus melimpahkan jasa dan pahala kepada orang tuanya yang telah meninggal. Buddha mengajarkan kepada Sigalo tentang kewajiban anak kepada orang tuanya bahwa setelah orang tuanya meninggal, anak harus mengadakan upacara keagamaan.

Cite

CITATION STYLE

APA

Siswoyo, E. (2023). Makna Tradisi Rejeban dalam Perspektif Buddha Dhamma di Desa Widarapayung Kulon Cilacap. Jurnal Agama Buddha Dan Ilmu Pengetahuan, 8(2), 147–156. https://doi.org/10.53565/abip.v8i2.698

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free