PENGADAAN SUMBER AIR BERSIH MELALUI PROGRAM INTEGRASI HUNIAN DAN PENGOLAHAN AIR HUJAN STUDI KASUS: KAMPUNG APUNG, JAKARTA BARAT

  • Rizki A
  • Suteja M
N/ACitations
Citations of this article
10Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Kampung Apung, previously called Kapuk Teko, is a Betawi native village located in the West Jakarta area. From 1960-1978, natural resources in the area were still prosperous, such as rice fields and clean water that could be drunk directly from wells. However, in 1986, excavation was carried out around Kampung Apung to construct warehouses and factories. That causes the irrigation canals to be closed and lowers the land level of Kampung Apung. Kampung Apung has begun to be submerged in water and has faced various problems, such as lack of clean water, residents income, costs to renovate houses affected by floods, and a place to gather for the community. These problems make people want their old life back. This research aims to develop a growth room project to overcome the problems faced by Kampung Apung and to see the possibilities that will occur in the future. The data collection methods are qualitative and descriptive analysis using the urban acupuncture approach and the building design method using the borrowing method. This research resulted in a spatial program in the form of rainwater treatment, components of residential units, and public spaces. This program is expected to provide housing that can provide a source of clean water, optimize natural and human resources, and provide employment opportunities for Kampung Apung. The thing that needs to be considered in further research is to maximize the cost of building an economical floating housing structure. Keywords: float; Integration; Occupancy; Processing; Water Abstrak Kampung Apung, sebelumnya disebut Kapuk Teko, merupakan kampung asli Betawi yang berada di wilayah Jakarta Barat. Pada tahun 1960-1978, sumber daya alam di daerah tersebut masih kaya, seperti sawah serta air besih yang dapat langsung diminum dari sumur. Namun pada tahun 1986, pengurukan tanah dilakukan di sekeliling Kampung Apung untuk pembangunan gudang dan pabrik. Hal ini menyebabkan saluran irigasi tertutup dan muka tanah Kampung Apung lebih rendah. Kampung Apung mulai terendam air dan memiliki berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti kurangnya air bersih, pendapatan warga, biaya untuk merenovasi rumah yang terdampak banjir, dan tempat untuk berkumpul bagi masyarakat. Masalah-masalah tersebut membuat warga menginginkan kehidupan lama mereka kembali. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menyusun proyek ruang tumbuh untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Kampung Apung serta melihat kemungkinan yang akan terjadi pada masa depan. Metode dalam pengumpulan data adalah analisis kualitatif dan deskriptif dengan menggunakan pendekatan akupunktur kota, serta metode desain bangunan menggunakan metode meminjam. Penelitian ini menghasilkan program ruang berupa pengolahan air hujan, komponen unit rumah tinggal, dan ruang publik. Dengan adanya program ini diharapkan dapat memberikan hunian yang mampu menyediakan sumber air bersih, mengoptimalkan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk Kampung Apung. Adapun hal yang perlu diperhatikan pada penelitian selanjutnya adalah memaksimalkan kembali biaya dalam membangun struktur hunian apung yang lebih ekonomis.

Cite

CITATION STYLE

APA

Rizki, A., & Suteja, M. S. (2023). PENGADAAN SUMBER AIR BERSIH MELALUI PROGRAM INTEGRASI HUNIAN DAN PENGOLAHAN AIR HUJAN STUDI KASUS: KAMPUNG APUNG, JAKARTA BARAT. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 4(2), 1137–1150. https://doi.org/10.24912/stupa.v4i2.21804

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free