Bahan pewarna alami umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kayu, kulit kayu, akar, kulit akar, biji, kulit biji, daun, maupun bunga. Proses pewarnaan dengan menggunakan zat warna alam memang lebih rumit jika dibandingkan dengan menggunakan zat pewarna sintetisdanwarna-warna yang dihasilkan memang cenderung menjadi lembut serta bersifat unik dan eksklusifdikarenakan karakteristik dari tumbuhan dan faktor lingkungan lah yang mempengaruhinya. Lingkungan di Wilayah Kelurahan Sembungharjo terkenal dengan tanaman pohon kelapa. Dimana hampir di setiap halaman depan atau belakang rumah penduduk memiliki tanaman pohon kelapa. Penduduk setempat menjual buah kelapa dan membuang sabut kelapanya, sehingga semakin banyak limbah sabut kelapa. Dengan semakin banyaknya limbah sabut kelapa, maka limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alam untuk pembuatan batik. Proses pewarnaan kain batik umumnya dilakukan dengan menggunakan pewarna kimia. Dengan menggunakan pewarna alam ini, proses pembuatan batik tentunya menjadi lebih ramah lingkungan
CITATION STYLE
Mariana, N., Utomo, A. P., Redjeki, R. S., & Santoso, D. B. (2021). PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK BAGI MASYARAKAT KELURAHAN SEMBUNGHARJO KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG. Jurnal Abdimastek (Pengabdian Masyarakat Berbasis Teknologi), 2(1), 48–52. https://doi.org/10.32736/abdimastek.v2i1.1119
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.