Isu pluralisme bukan lagi sebagai wacana yang diperdebatkan oleh para intelektual yangmasih berkisar pada hal-hal yang bersifat teoritis- spekulatif tetapi sudah merambah pada hal yang lebih kongkrit yaitu praktis-pragmatis. Di Indonesia sendiri istilah pluralisme agama menjadi marak diperbincangkan setelah di usung oleh Nurcholis Madjid, Mukti Ali, Djohan Efendi. Dan pada tahun terakhir ini dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Budhy Munawar Rahman dengan Paramadinanya, Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawan dengan Jaringan Islam Liberalnya (JIL). Terlebih lagi di pulau lombok yang terletak di provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat), Degan asas skularisme ini masyarakat Sasak Lombok mampu menciptakan keharmonisan dan menciptakan pluralisme agama dan budaya menjadi indah. Sehingga tetap terjalin komunikasi antar umat beragama, adapun strategi yang digunakan yang masyarakat sasak menyebutnya “Panca Budaya Pluralis” antara lain: 1) Lewat budaya saling ajinin; 2) Lewat budaya saling pesilaq; 3) Lewat budaya saling pelayarin; 4) Lewat budaya saling ayowin.
CITATION STYLE
Saputra, H. E. R., & Tayib, M. (2019). PLURALISME AGAMA: STUDI TENTANG MAKNA DAN POLA KOMUNIKASI ANTAR UMAT ISLAM, HINDU DAN BUDHA DI PULAU LOMBOK. KOTA MATARAM. KOMUNIKE, 11(1), 37–73. https://doi.org/10.20414/jurkom.v11i1.2276
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.