PLURALISME AGAMA: STUDI TENTANG MAKNA DAN POLA KOMUNIKASI ANTAR UMAT ISLAM, HINDU DAN BUDHA DI PULAU LOMBOK. KOTA MATARAM

  • Saputra H
  • Tayib M
N/ACitations
Citations of this article
48Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Isu pluralisme bukan lagi sebagai wacana yang diperdebatkan oleh para intelektual    yangmasih    berkisar    pada    hal-hal    yang    bersifat    teoritis- spekulatif tetapi sudah merambah pada hal yang lebih kongkrit yaitu praktis-pragmatis.   Di   Indonesia   sendiri   istilah   pluralisme   agama  menjadi marak diperbincangkan setelah di usung oleh Nurcholis Madjid, Mukti Ali, Djohan Efendi. Dan pada tahun terakhir ini  dilanjutkan  oleh  generasi berikutnya. Budhy Munawar Rahman dengan Paramadinanya, Ulil  Abshar  Abdalla  dan  kawan-kawan  dengan  Jaringan  Islam  Liberalnya (JIL). Terlebih lagi di pulau  lombok  yang  terletak  di  provinsi  NTB (Nusa Tenggara Barat), Degan asas skularisme ini masyarakat Sasak Lombok mampu menciptakan keharmonisan dan menciptakan pluralisme agama dan budaya menjadi indah. Sehingga tetap terjalin komunikasi antar umat beragama, adapun strategi yang digunakan yang masyarakat sasak menyebutnya “Panca Budaya Pluralis” antara lain: 1) Lewat budaya saling ajinin; 2) Lewat budaya saling pesilaq; 3) Lewat budaya saling pelayarin; 4) Lewat budaya saling ayowin.

Cite

CITATION STYLE

APA

Saputra, H. E. R., & Tayib, M. (2019). PLURALISME AGAMA: STUDI TENTANG MAKNA DAN POLA KOMUNIKASI ANTAR UMAT ISLAM, HINDU DAN BUDHA DI PULAU LOMBOK. KOTA MATARAM. KOMUNIKE, 11(1), 37–73. https://doi.org/10.20414/jurkom.v11i1.2276

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free