Keris dan senjata lainnya seperti: pedang, tombak, kujang, dan rencong dikenal sebagai “Tosan Aji”. Tosan berarti besi dan aji berarti dihormati, yang merupakan hasil karya para empu sehingga sudah sepantasnya jika warisan leluhur ini dihormati. Di antara berbagai senjata tersebut, keris adalah tosan aji yang biasa digunakan masyarakat Jawa. Akibat perkembangan zaman, pada akhirnya peranan keris terdesak. Kedudukan keris bukan lagi sebagai senjata andalan, melainkan sebagai peninggalan sejarah, pusaka, hiasan dan pelengkap pakaian adat. Minat untuk memiliki keris sangat kecil karena pada umumnya merasa keberatan untuk merawat, berharga mahal, takut tidak cocok dan mungkin juga takut disebut orang kuno. Apalagi bagi mereka yang terpengaruh oleh kehidupan modern. Tahap pembuatan keris secara ringkas sebagai berikut: membesot-membuat lapisan pamor-membentuk kodokan-membentuk bakalan-grabahi–menghaluskan-dan menyepuh. Masyarakat Surakarta masih memandang keris sebagai salah satu simbol budaya Jawa. Bagi sebagian besar, keberadaan keris masih dianggap sinengker (rahasia)-dan dikeramatkan. Keris itu sinengker karana aris, artinya ada rahasia yang dipendam di dalamnya. Keris dipahami sebagai benda pusaka, suatu jimat yang diyakini mampu memberikan berkah dan membantu melakukan kemudahan-kemudahan dalam melakukan usaha.
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.
CITATION STYLE
Afifah, A. (2022). Pelestarian Budaya Keris di Surakarta pada Era Masa Kini. Ars: Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 24(3), 149–158. https://doi.org/10.24821/ars.v24i3.3420