Pasang surut air laut merupakan variasi vertikal muka air laut. Pasang surut air laut merupakan salah satu komponen penting dalam survei batimetri. Pada survei batimetri secara umum, pengamatan pasang surut air laut dilakukan dengan menggunakan rambu pasut di lokasi survei batimteri. Seiring berkembangnya teknologi, penggunaan Global Navigation Satellite System (GNSS) semakin memungkinkan dalam survei batimetri. Selain dalam penentuan posisi horisontal, GNSS juga dapat digunakan untuk menentukan posisi vertikal. Salah satu sistem GNSS yang akurat saat ini adalah Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) milik Jepang. Sistem ini memiliki satelit yang selalu mengorbit di sebagian wilayah Indonesia sehingga akan memberikan layanan pemosisian satelit yang sangat akurat. Pada penelitian ini, data pengamatan diperoleh dari receiver multi-frekuensi dan multi-GNSS. Receiver tersebut dapat menerima sinyal dari sistem QZSS. Data pengamatan tersebut kemudian dibandingkan dengan model prediksi pasang surut milik Badan Informasi Geospasial (BIG). Selanjutnya, dilakukan analisis untuk melihat tingkat kesalahan pola yang dihasilkan dari kedua data tersebut. Uji tingkat kesalahan dilakukan dengan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai RMSE maksimum dan minimum pada perbandingan pengamatan pasut QZSS dan prediksi pasut BIG masing-masing sebesar 2,317 m dan 0,176 m dari total 11 hari pengamatan. RMSE maksimum terjadi pada 10 Agustus 2019 dan minimum pada 9 Agustus 2019. Selain pada tanggal 9 Agustus 2019, hasil yang baik juga diperoleh pada tanggal 8, 12, 14, 15, dan 16 Agustus 2019 dengan nilai RMSE kurang dari setengah meter. Tide is a vertical variation of sea level. The tide of seawater is an essential component of a bathymetric survey. In general, tide observations are carried out by using tide poles at the survey site for bathymetry. As technology has developed, the use of the Global Navigation Satellite System (GNSS) has become increasingly possible in bathymetric surveys. Apart from determining the horizontal position, GNSS can also be used to determine the vertical position. One of the most accurate GNSS systems today is Japan's Quasi-Zenith Satellite System (QZSS). This system has satellites that are always orbiting in parts of Indonesia so that it will provide highly accurate satellite positioning services. In this study, observational data were obtained from multi-frequency and multi-GNSS receivers. The receiver can receive signals from the QZSS system. The observational data are then compared with the Geospatial Information Agency (BIG)'s tidal prediction model. Furthermore, an analysis was carried out to see the pattern error rate resulting from the two data. Error level test is done by calculating Root Mean Square Error (RMSE). This study's results indicate that the maximum and minimum RMSE values in the comparison of QZSS tidal observations and BIG tidal predictions are 2.317 m and 0.176 m, respectively, from a total of 11 observation days. The maximum RMSE occurred on 10 August 2019 and the minimum on 9 August 2019. Apart from 9 August 2019, good results were also obtained on 8, 12, 14, 15, and 16 August 2019 with an RMSE value of less than half a meter.
CITATION STYLE
Sinaga, M. J., Cahyadi, M. N., Pratomo, D. G., Kishimoto, N., & Hariyanto, D. (2021). Analisis Tinggi Muka Air Laut Menggunakan Receiver Multi-Frekuensi dan Multi-GNSS di Perairan Sulawesi. Geoid, 16(1), 68. https://doi.org/10.12962/j24423998.v16i1.8562
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.