Perkembangan ekonomi, industrialisasi dan peningkatan jumlah penduduk, khususnya di Tokyo menimbulkan persoalan sampah di Jepang pada tahun 1950-an. Sebagai solusi atas masalah ini, pemerintah Jepang menerapkan praktik pengelolaan limbah padat, termasuk promosi 3R, pengumpulan terpisah, fasilitas insinerator limbah di wilayah perkotaan, pemulihan energi efisiensi tinggi, daur ulang abu insinerator, dan pembuangan akhir. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apakah solusi yang ditawarkan memiliki konsekuensi yang tidak terduga dan bagaimana sejumlah elemen masyarakat bereaksi terhadapnya. Karya ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penerapan Q-Methodology. Temuan masalah menunjukkan terdapat empat tipe orang dan keyakinan inti, yakni: (a) Keyakinan inti super otoriter yang ditunjukkan oleh Ilmuwan yang mendukung pemerintah, (b) Keyakinan inti egaliter dengan pada masyarakat sipil yang berpandangan ekstrim, (c) Keyakinan sentral yang relatif egaliter, ditunjukkan oleh masyarakat sipil yang setuju dengan pemerintah, (d) Nilai individualistis inti otoriter yang tercermin pada perusahaan swasta yang bekerja untuk pemerintah.
CITATION STYLE
Mustapa, H., Yasyfina, S., Azhar, A., Nurmayanti, A., & Ruhenda, R. (2020). Sistem Kekuasaan dan Budaya Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Limbah: Perspektif Pengelolaan Limbah di Tokyo. Politicon : Jurnal Ilmu Politik, 2(2), 191–209. https://doi.org/10.15575/politicon.v2i2.7720
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.