KAMPUNG KULSERVASI (KULINER DAN KONSERVASI) WANAMERTA, TENGGER: KONSEP PARIWISATA HIJAU

  • et al.
N/ACitations
Citations of this article
22Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

AbstrakKekayaan dan keberlimpahan sumber daya alam Tengger sangat menjanjikan harapan, namun masyarakat setempat tidak cukup produktif dan tidak pandai memanfaatkan sumberdaya alam mereka yang melimpah tersebut, salah satunya adalah tanaman terong belanda. Pada awalnya, masyarakat telah memproduksi olahan terong Belanda berupa sirup. Namun, produksi sirup terong belanda ini dalam beberapa tahun telah terhenti. Penyebabnya adalah permasalahan yang ada dalam proses produksi dan pemasaran. Selain itu, semakin kritisnya keberadaan tanaman terong belanda akibat penebangan masal juga mengancam produktivitas usaha yang tengah dirintis masyarakat. Lebih jauh, lingkungan  Tengger juga terancam keseimbangnnya. Artikel ini berfokus kepada pemberdayaan ekonomi produktif masyarakat Dusun Wanamerta, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan melalui pemanfaatan terong belanda sebagai pangkal pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) masyarakat setempat. Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah  (i) penyuluhan, pelatihan, dan pengawetan sari buah terong belanda, (ii) pelatihan dan aksi pembibitan terong belanda. Melalui langkah-langkah ini diharapkan tumbuh kesadaran berwirausaha mandiri dengan menjadikan potensi sumber daya alam lokal sebagai aset sekaligus bahan baku produksi. Selanjutnya, upaya ini diarahkan untuk  membangun sebuah sajian wisata kuliner yang bertumpu kepada kakayaan lokal sekaligus konservatif terhadap alam.AbstractThe wealth and abundance of Tengger's natural resources is very promising, but the local community is not productive enough and not good at utilizing their abundant natural resources, one of which is the tamarillo (terong belanda). In the beginning, the community had produced processed tamarillo in the form of syrup. However, the production of the tamarillo syrup has stopped in a few years. The reason is the problems that exist in the production and marketing process. In addition, the more critical existence of tamarillo plant due to mass logging also threatens the business productivity that is being pioneered by the community. Furthermore, the Tengger environment is also threatened by its balance. This article focuses on the productive economic empowerment of the Wanamerta Village community, Tosari Village, Tosari District, Pasuruan Regency through the use of Dutch eggplant as a base for developing small and medium enterprises (SMEs) in the local community. The steps taken are (i) counseling, training, and preservation of Dutch eggplant juice, (ii) Dutch eggplant training and nursery action. Through these steps it is expected to grow awareness of independent entrepreneurship by making the potential of local natural resources as assets as well as raw materials for production. Furthermore, this effort is directed at building a culinary tourism dish that relies on local culture as well as being conservative towards nature.

Cite

CITATION STYLE

APA

Sukmawan, S., Rizal, M. S., & Rohman, Muh. F. (2018). KAMPUNG KULSERVASI (KULINER DAN KONSERVASI) WANAMERTA, TENGGER: KONSEP PARIWISATA HIJAU. Studi Budaya Nusantara, 2(2), 99–107. https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2018.002.02.06

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free