Kritik Atas Sunah Sebagai Bagian Tafsīr bi al-Ma’sūr: Menyoal Otoritas Sunah Sebagai Acuan Penafsiran dalam Tafsīr Al-Jalālain

  • Miski M
N/ACitations
Citations of this article
16Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Tafsīr al-Jalālain beserta al-Maḥallī dan as-Suyūṭī tidak muncul dalam ruang hampa, melainkan dalam realitas sosial dan memuat ideologi tertentu. Pertanyaannya, bagaimana al-Maḥallī dan as-Suyūṭī menyelipkan unsur ideologi mazhab yang dianutnya saat menafsirkan al-Qur’an dalam Tafsīr al-Jalālain dan bagaimana implikasi teoretis terhadap tafsīr bi al-ma’sūr? Kajian ini menggunakan perspektif konstruktivisme, studi kepustakaan dengan data primer Tafsīr al-Jalālain, analisa data dengan jenis intertekstualitas. Sebagai temuan, dijelaskan bahwa penyelipan ideologi dalam Tafsīr al-Jalālain terdapat pada pemilihan dan pemilahan sunah yang dirujuk serta pola pemahaman yang disesuaikan dengan ideologi mazhab Syafii. Temuan ini berimplikasi pada penyimpulan bahwa keberadaan sunah Nabi yang merupakan bagian dari tafsīr bi al-ma‘ṡūr (an-Naql) meskipun disebut sebagai tafsir yang paling otoritatif, pada dasarnya adalah problematis, cenderung tidak bisa dipertahankan dan diberlakukan secara general. Harus ada terminologi yang lebih spesifik antara al-Qur’an yang ditafsirkan sendiri oleh Nabi (at-Tafsīr an-Nabawī) yang cenderung netral dan al-Qur’an yang ditafsirkan oleh para ahli tafsir melalui sunah Nabi (at-Tafsīr bi as-Sunnah an-Nabawiyyah) yang pastinya rentan kepentingan.

Cite

CITATION STYLE

APA

Miski, M. (2017). Kritik Atas Sunah Sebagai Bagian Tafsīr bi al-Ma’sūr: Menyoal Otoritas Sunah Sebagai Acuan Penafsiran dalam Tafsīr Al-Jalālain. RELIGIA, 20(1), 49. https://doi.org/10.28918/religia.v20i1.838

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free