Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik Kultural

  • Saddhono K
  • Putu Wijana I
N/ACitations
Citations of this article
79Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Friday sermon is a means of religious endeavor used by Moslems to invite the community to do good things and avoid bad deeds. A person who conveys Friday sermon is called a preacher. A good speaking skill is needed in order to attract sympathy from the congregation or the people who listen to the sermon. The term ‘attract masses through speaking skill’ is called as rhetoric. In Friday sermons there are many aspects of language which are influenced by local cultural elements. Friday sermons as a discourse of course, can be analyzed from micro structural aspects related to grammatical aspect, lexical aspect, cohesion, and coherence. The macro structural aspects related to culture or cultural elements surrounding communities outside of language or linguistic aspects in which the participants related to the context, place and time, the channel used, the code used, the form of a message and its contents, events with nature, and tone of conversation. ABSTRAKKhotbah Jumat merupakan salah satu sarana yang digunakan umat Islam yang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk (sarana dakwah). Seorang yang menyampaikan dakwah disebut khotib. Agar dapat menarik simpati dari jemaah atau orang yang menyimak khotbah, diperlukan sebuah keterampilan berbicara yang baik. Istilah untuk menarik massa malalui keterampilan berbicara dimaknai sebagai retorika. Di dalam khotbah Jumat banyak terdapat aspek bahasa yang dipengaruhi oleh unsur kebudayaan setempat. Khotbah Jumat sebagai sebuah wacana tentunya dapat dianalisis dari aspek mikrostruktural yang berkaitan dengan aspek gramatikal, aspek leksikal, kohesi, dan koherensi. Adapun dari aspek makrostruktural berkaitan dengan unsur kebudayaan atau kultural masyarakat sekitar di luar aspek kebahasaan atau linguistik yang di dalamnya berkaitan dengan konteks yaitu partisipan, tempat dan waktu, saluran yang digunakan, kode yang digunakan, bentuk pesan beserta isinya, peristiwa dengan sifat, dan nada pembicaraan.

Cite

CITATION STYLE

APA

Saddhono, K., & Putu Wijana, I. D. (2011). Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik Kultural. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(4), 433–446. https://doi.org/10.24832/jpnk.v17i4.39

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free