The Jatiluhur Reservoir is an important structure in West Java Province that damming the Citarum River. This reservoir is a reservoir for domestic, industrial, and agricultural wastewater pollution originating from the catchment area, causing water quality to decline. This study was conducted to determine the water quality of the Jatiluhur reservoir in the 2020-2021 period using the IP, Storet, and CCMW WQI methods. Samples were taken from 5 stations, namely: Karamba, Kerenceng, Taroko, Parung Kalong, and Cilalawi, at several depths. Based on the results of the study, it is known that pH, DO, BOD, and free ammonia at the monitoring location do not meet the quality standards. The analysis found the lowest DO was 2 mg/L, the highest pH value was 10, BOD was 13 mg/L, and free ammonia was 1 mg/L. These four parameters contributed to the decline in water quality. Determination of water quality status showed lightly polluted for the IP method and moderately polluted for the Storet and CCMW WQI methods, thus affecting the utilization of this reservoir, especially as drinking water. Of the three methods, IP is the appropriate method used in this study because it has the lowest standard error. The decline in water quality in Jatiluhur Reservoir is caused by organic substances originating from floating net cage waste. Keywords: Jatiluhur; floating net cage; water quality method Abstrak Waduk Jatiluhur merupakan bangunan penting di Provinsi Jawa Barat yang membendung Sungai Citarum. Waduk ini menjadi tempat penampungan pencemaran air limbah domestik, industri, dan pertanian yang berasal dari daerah tangkapan air sehingga menyebabkan kualitas air menurun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air Waduk Jatiluhur pada periode 2020-2021 dengan metode IP, Storet, dan CCMW WQI. Sampel diambil dari 5 stasiun yaitu: Karamba, Kerenceng, Taroko, Parung Kalong, dan Cilalawi, pada beberapa kedalaman. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pH, DO, BOD, dan amonia bebas di lokasi pemantauan tidak memenuhi baku mutu. Dari hasil analisis ditemukan nilai DO terendah 2 mg/L, pH tertinggi 10, BOD 13 mg/L, dan amonia bebas 1 mg/L. Keempat parameter ini berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Penentuan status mutu air menunjukkan tercemar ringan untuk metode IP dan tercemar sedang untuk metode Storet dan CCMW WQI, sehingga berpengaruh terhadap pemanfaatan waduk terutama sebagai air baku untuk air minum. Dari ketiga metode tersebut, IP merupakan metode yang sesuai digunakan pada penelitian ini karena memiliki standar eror terendah. Penurunan kualitas air di Waduk Jatiluhur disebabkan oleh zat-zat organik yang berasal dari limbah keramba jaring apung. Kata Kunci: Jatiluhur; keramba jarring apung; metode mutu air
CITATION STYLE
Mellyanawaty, M., Nurhalimah, S., & Nofiyanti, E. (2024). Penentuan Mutu Air Waduk Jatiluhur Jawa Barat dengan Metode IP, Storet, CCME WQI sebagai Dampak Keramba Jaring Apung. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 12(2), 448. https://doi.org/10.26418/jtllb.v12i2.76658
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.