Kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo terdiri dari empat kecamatan, yaitu kecamatan Galur, Panjatan, Wates, dan Temon. Kawasan pesisir ini rentan terhadap dampak negatif aktifitas manusia seperti penggunaan tanah atau pemanfaatannya yang sering tumpang tindih. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis autokorelasi spasial terhadap pemanfaatan kawasan wilayah pesisir di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan salah satu pengujian autokorelasi spasial yaitu Local Indicators of Spatial Association (LISA) dengan indikator Local Moran's I, yang menghasilkan signifikansi secara statistik tinggi (hotspots), signifikansi secara statistik rendah (coldspots), dan pencilan (outlier). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecamatan yang termasuk kategori hotspots (H-H) diantaranya Temon dengan lima hotspots pada kawasan permukiman perdesaan, pertanian lahan kering, industri, sempadan pantai, dan suaka alam, Panjatan dengan tiga hotspots pada kawasan permukiman perkotaan, perdagangan, dan sempadan sungai, Galur dengan dua hotspots pada kawasan pertanian lahan basah dan perdagangan, dan Wates dengan satu hotspots pada kawasan industri.Kata kunci: kawasan pesisir, Kabupaten Kulon Progo, Local Indicators of Spatial Association, LISA, Local Moran's I.
CITATION STYLE
Lina, T. N., Sediyono, E., & Prasetyo, S. Y. J. (2017). ANALISIS PEMANFAATAN KAWASAN WILAYAH PESISIR MENGGUNAKAN LOCAL INDICATORS OF SPATIAL ASSOCIATION (LISA) (STUDI KASUS : KABUPATEN KULON PROGO). Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 8(2), 781. https://doi.org/10.24176/simet.v8i2.1608
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.