Lokalitas selama ini digambarkan sebagai daerah terpinggirkan dan tidak punya daya. Namun apa yang dilakukan komunitas lokal Tanah Toa Kajang, justru sebaliknya. Di tengah gempuran modernitas, Negara dan agama resmi, mereka tetap survive berjalan dengan tradisi lokal mereka. Di saat yang sama lokalitas yang mereka miliki justru dijadikan arena untuk bertarung, bernegosiasi, beradaptasi, bahkan sekali waktu meresistensi kebudayaan baru tersebut. Tulisan ini menggambarkan proses itu, dengan mengambil fokus pada pertemuan antara Islam dan tradisi lokal mereka. Pada perjumpaan Islam dan tradisi lokal Patuntung itulah potret titik temu dan titik tengkar tersebut terpampang jelas. Tulisan ini merupakan ringkasan dari penelitian yang dilakukan secara kualitatif dari kurung waktu 2005 sampai sekarang. Karena ringkasan dari sekian episode penelitian, mungkin tidak bisa menggambarkan secara utuh proses-proses pergulatan tersebut.
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.
CITATION STYLE
Syamsurijal, S. (2016). ISLAM PATUNTUNG: TEMU-TENGKAR ISLAM DAN TRADISI LOKAL DI TANAH TOA KAJANG. Al-Qalam, 20(2), 171. https://doi.org/10.31969/alq.v20i2.197