Limbah tebu dapat diolah menjadi berbagai produk organik dengan menggunakan proses tertentu. Hampir setiap kilang gula memiliki limbah yang terbuat dari tanaman tebu yang disebut blotong. Gula tebu (bagasse) memiliki manfaat yang sangat baik bagi tanaman. Hampir setiap pabrik gula di Indonesia menggunakan bungkil sebagai pupuk organik pada perkebunan tebu. Pengenalan sistem budidaya berkelanjutan dimulai di pabrik gula ini. Rata-rata produksi blotong di setiap pabrik gula sekitar 2,5% dari tebu yang digunakan. Pada tahun 2008, 57 pabrik gula menghasilkan 1.000.000ton bungkil dan lebih dari 40.000ton bottom ash. Banyaknya limbah yang dihasilkan berpotensi untuk dijadikan pupuk organik. Namun hal ini masih terjadi dalam skala pabrik. Di rumah atau dalam skala kecil, mereka tidak terlalu memanfaatkan limbah tebu yang ada. Salah satunya limbah tebu di Desa Sumberejo Kecamatan Gedangan. Limbah tebu di Desa Sumberejo Kecamatan Gedangan ini harus dimanfaatkan agar dapat menjadi nilai ekonomis bagi warga Desa Sumberejo sekaligus mengatasi permasalahan limbah yang ada. Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat Desa Sumberejo melalui pelatihan mengenai bagaimana cara mengolah limbah tebu menjadi pupuk cair organik. Selain itu diharapkan masyarakat Desa Sumberejo dapat memproduksi pupuk cair secara mandiri dan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat di Desa Sumberejo. Apabila masyarakat Desa Sumberejo sudah dapat memproduksi pupuk cair organik secara mandiri, maka selanjutnya juga dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi skala kecil (rumah) maupun Desa.
CITATION STYLE
Tariaranie Wiraguna, R., & Nur Anita Yunikawati. (2023). Optimalisasi Pengolahan Limbah Tebu Menjadi Pupuk Cair Eco-Enzim Guna Peningkatan Kualitas Ekonomi Desa Sumberejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia (JPKMI), 3(3), 114–122. https://doi.org/10.55606/jpkmi.v3i3.2219
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.