Pengaruh Penggunaan Model Pengelompokan, Model Luas Daerah dan Model Garis Bilangan dalam Penanaman Konsep Pecahan Untuk Pembelajaran Operasi Pecahan

  • Surat I
N/ACitations
Citations of this article
7Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pembelajaran konsep fraksi dengan model pengelompokan, model area area, dan model garis angka dalam menanamkan konsep fraksi dalam hal tingkat kemampuan verbal pendidik. Penelitian ini adalah perlakuan faktorial eksperimental dengan level 3x2, dengan populasi 188 orang. Terdiri dari semua siswa sekolah dasar kelas empat di Desa Darmasaba, Distrik Abiansemal, Kabupaten Badung. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik double step group, dengan jumlah sampel 120 siswa. Data penelitian ini diperoleh melalui tes dan nilai rapor. Data dianalisis dengan teknik analisis varians, dengan frekuensi sel yang tidak sama. Tes persyaratan analisis termasuk uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians, masing-masing menggunakan statistik Lilieffors dan statistik Levene. Dari hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa persentase penguasaan konsep fraksi yang meliputi, (1) pemahaman fraksi peserta didik dalam kelompok belajar fraksi dengan model pengelompokan, model area dan model garis bilangan, masing-masing 63%, 65,8% , dan 60%; (2) pemahaman siswa tentang konsep nilai pecahan (PKPS) dalam kelompok belajar konsep fraksi dengan model pengelompokan, model area dan model garis bilangan masing-masing 50%, 59% dan 59,5%; (3) kemampuan siswa untuk melakukan operasi penambahan dan pengurangan fraksi (KOPP) dalam kelompok belajar konsep fraksi dengan model pengelompokan, model area regional dan model garis bilangan, masing-masing 52%, 59% dan 56,2%. Hasil analisis varians untuk uji over all pada ketiga kelompok menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Dalam PKPS penanaman nilai F-hit = 12,193 dan peluang kesalahan p <0,01, serta interaksi antara model dan kemampuan verbal dengan nilai F-intr = 6,833 pada tingkat signifikansi yang signifikan <0,01. Demikian juga, KOPP memperoleh nilai F-hit = 6,59 dan nilai p <0,01 dan ada interaksi dengan nilai F = 6,47 dan p <0,01. Dengan interaksi, dilanjutkan dengan perbandingan rata-rata antara sel dalam kelompok siswa dengan tingkat kemampuan verbal rendah, menunjukkan: (1) pembelajaran konsep fraksi dengan model regional dan model garis bilangan menunjukkan hasil yang lebih baik dari pembelajaran konsep fraksi dengan model pengelompokan di menanamkan PKPS (t = 5,59 dengan p <0,01 dan t = 4,13 dengan p <0,01); menuju KOPP, pembelajaran konsep fraksi dengan model area menunjukkan hasil terbaik dari model pengelompokan dan model garis bilangan (t = 5,29 dengan p <0,01 dan t = 3,08 dengan p <0,01), sedangkan pembelajaran konsep fraksi dengan model garis b efektivitas yang sama dengan model pengelompokan (t = 2.197 dengan nilai p> 0,01); (3) efek menggunakan model baik dalam penanaman PKPS dan pada KOPP tergantung pada tingkat kemampuan verbal siswa. Berdasarkan temuan di atas, dapat disarankan kepada Guru Sekolah Dasar dalam mengajar matematika, bahwa dalam pembelajaran konsep fraksi harus memprioritaskan penggunaan model area kemudian dapat diikuti oleh model garis bilangan.

Cite

CITATION STYLE

APA

Surat, I. M. (2020). Pengaruh Penggunaan Model Pengelompokan, Model Luas Daerah dan Model Garis Bilangan dalam Penanaman Konsep Pecahan Untuk Pembelajaran Operasi Pecahan. Jurnal Pijar Mipa, 15(2), 157–164. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i2.1734

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free