Poliomielitis atau yang lebih dikenal dengan polio merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan atrofi otot yang ireversibel, bahkan kematian pada anak. Sejak dilaporkan kejadian luar biasa (KLB) terjadi di Eropa pada abad ke-19, angka kejadian polio terus meningkat hingga menjadi andemi pada awal abad ke-20. Saat ini, gerakan inisiatif global yang dibentuk oleh WHO telah berhasil menurunkan angka insidensi polio sampai 80%, berkat pemberian vaksin yang didukung oleh program pemerintah dan sistem pengawasan yang baik. Namun, muncul masalah terkait pemberian vaksin, oral poliovirus vaccine (OPV), yaitu circulating vaccine derived polio viruses (cVDPVs) dan vaccine associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Untuk itu, American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian inactivated poliovirus vaccine (IPV) sebagai pengganti OPV. Rekomendasi tersebut tidak efektif apabila diterapkan di negara berkembang yang masih banyak terdapat infeksi polio liar, seperti Indonesia, karena perlindungan IPV tidak cukup kuat, tidak dapat menimbulkan herd immunity, dan harganya jauh lebih mahal. Pemberian OPV masih menjadi pilihan, dengan rekomendasi terbaru dari WHO yang mempertimbangkan pemberian bivalent (bOPV) karena trivalent (tOPV) dapat meningkatkan angka kejadian cVDPV akibat virus polio tipe-2 (VP2). Upaya eradikasi polio ditunjang Global Polio Eradication Initiative (GPEI)melalui Eradication and Endgame Strategic Plan dengan target bebas polio pada tahun 2018.
CITATION STYLE
Satari, H. I., Ibbibah, L. F., & Utoro, S. (2017). Eradikasi Polio. Sari Pediatri, 18(3), 245. https://doi.org/10.14238/sp18.3.2016.245-50
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.