Menyelesaikan krisis identitas salah satu tugas perkembangan remaja. Pengendalian perkembangan psikososial tidak baik menimbulkan gangguan perkembangan karakter pemicu gangguan psikososial. Skrining perkembangan psikososial sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan hasil perkembangan psikososial remaja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif melibatkan 142 sampel di SMK Negeri 2 Pekanbaru dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan Pediatric Symptom Checklist (PSC-35/Y) 35 item, memiliki 3 jawaban peritemnya, dan menggunakan skala likert. Analisa data menggunakan analisa univariat. Responden terbanyak berusia 16 tahun (36,6%), berjenis kelamin laki-laki (63,4%), sebagian besar mengalami perkembangan psikososial normal (73,9%), sedangkan yang mengalami penyimpangan perkembangan psikososial sebanyak 26,1%. Penyimpangan perkembangan psikososial paling banyak terjadi pada remaja 16 tahun (28,8%), dan berjenis kelamin perempuan (42,3%). Penyimpangan perkembangan psikososial terjadi karena remaja sering ingin bersama orang tua, sering mengalami kecemasan yang berlebih, dan sering memandang rendah dirinya. Sebagian besar remaja tidak mengalami masalah perkembangan psikososial.
CITATION STYLE
Rizal, K. N., Tampubolon, N. R., & Nauli, F. A. (2024). Gejala Masalah Psikososial Remaja Berdasarkan Karakteristik Demografi Remaja di Pekanbaru. JERUMI: Journal of Education Religion Humanities and Multidiciplinary, 2(1), 283–293. https://doi.org/10.57235/jerumi.v2i1.1844
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.