GENDER PERSPEKTIF ETIKA PESANTREN (Studi Tentang Kepemimpinan Kiai dan Nyai Tentang Sosialisasi Gender di Lingkungan Sosial Pondok Pesantren Wahidhasyim Sleman Yogyakarta)

  • Efendi E
N/ACitations
Citations of this article
62Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Gender socialization in pesantren is a top priority because gender construction in pesantren is very dependent on how gender identity is also formed through how strong the socialization process is. The identity formed in the pesantren will then become a reference for the students to socialize or interact with the environment outside the pesantren. From that, the issue of gender or equal partnerships between men and women, which was previously known as the increase in the position of the role of women in Islam, has increasingly attracted a lot of progress and success. There are two orientations in socializing gender in pesantren, namely: first, strengthening the normativity of gender roles . This role is performed by most of the kyai, nyai, and teachers. Second, prioritizing gender role textuality. This motive is carried out by a small number of madrasah teachers and badal kyai and nyai when conducting recitation at the pesantren. The problem is the focus of this research discussion. First, what is the role of kyai and nyai leadership in gender socialization at the Wahid Hasyim Islamic boarding school, Sleman Yogyakarta. Second, how to implement gender criteria in the regulations of the Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta Islamic boarding school. Third, how is the implementation of the santri behavior of the Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta Islamic boarding school. Sosialisasi gender di pesantren menjadi prioritas utama sebab konstruksi gender yang ada di pesantren sangat bergantung pada bagaimana identitas gender juga dibentuk melalui seberapa kuat proses sosialisasinya. Identitas yang terbentuk di pesantren selanjutnya akan menjadi acuan para santri untuk bermasyarakat ataupun berinteraksi dengan lingkungan di luar pesantren. Dari itu, persoalan gender atau kemitra sejajaran antara laki-laki dan perempuan yang sebelumnya dikenal dengan peningkatan kedudukan peran perempuan dalam Islam semakin menarik banyak kemajuan dan keberhasilan.Terdapat dua orientasi dalam mensosialisasikan gender di pesantren, yaitu: pertama, menguatkan normativitas peran-peran gender. Peran ini dilakukan oleh sebagian besar para kyai, nyai, dan guru. Kedua, mengedepankan tekstualitas peran gender. Motif ini dilakukan oleh sebagian kecil guru madrasah dan badal kyai serta nyai ketika melakukan pengajian di pesantren. Adapun problem yang menjadi fokus pembahasan penelitian ini. Pertama, Bagaiman peran kepemimpinan kyai dan nyai dalam sosialisasi gender di pesantren Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta. Kedua, Bagaimana implementasi kesteraan gender dalam peraturan pesantren Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta. Ketiga, bagaimana implementasi pada perilaku santri pesantren Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta.

Cite

CITATION STYLE

APA

Efendi, E. (2020). GENDER PERSPEKTIF ETIKA PESANTREN (Studi Tentang Kepemimpinan Kiai dan Nyai Tentang Sosialisasi Gender di Lingkungan Sosial Pondok Pesantren Wahidhasyim Sleman Yogyakarta). An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman, 13(2), 313–332. https://doi.org/10.35719/annisa.v13i2.35

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free