Lagu mampu menyampaikan sebuah pesan sosial secara menarik, dengan kemasan menghibur dan mampu diterima secara lebih general membuat lagu mampu bergerak dalam proses pemberian pesan penyadaran sosial. Kekuatan ini semakin lengkap ketika isu-isu sensitif terutama yang berkaitan dengan kekuasaan dikemas dalam bentuk satir. Kehadiran sosok Gayus Tambunan menjadi fenomena menarik, karena keberadaannya menjadi trigger atas masalah sosial dan politik di negara ini. Korupsi, sebuah kondisi sosial yang ternyata hingga kini belum hilang walaupun pemerintah mencanangkan untuk memberantas perilaku negatif. Dengan diangkatnya wacana ini ke permukaan, menjadi sebuah bukti akan pertanyaan besar korupsi masih menjadi mitos negeri ini. Semakin marak ketika ketidakadilan akan perlakuan hukum bagi kelompok marginal. Pesan satir politik melalui lagu mampu memberi teguran sarat kritik dengan sisipan kemasan humor lebih mengena. Menurut Freud, tampilan jenaka dimaksudkan untuk mengungkapkan tekanann terhadap musuh, mengajak orang lain untuk mentertawakan musuh kita. ‘‘By belittling and humbling our enemy, by scorning and ridiculing him, we indirectly obtain the pleasure of his defeat by the laughter of the third person, the inactive spectator.”Objek satir dalam lagu ini bukan hanya Gayus Tambunan sebagai pribadi namun lebih pada siapa saja yang diwakili olehnya, instansi, kejaksaan, pemerintah bahkan siapa pun yang mandapatkan keuntungan atas ketidakadilan sistem politik dan hukum di negeri ini
CITATION STYLE
Rahmiati, D. (2011). Satire Politik Lagu Gayus “Andai Ku Gayus Tambunan.” Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 68–77. https://doi.org/10.15642/jik.2011.1.1.68-77
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.