Saat ini klon-klon yang dibudidayakan umumnya memiliki potensi produksi yang tinggi. Perolehan lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teknis penyadapan, waktu menyadap, umur tanaman, jenis klon, kondisi lingkungan dan iklim yang diimbangi dengan teknis budidaya yang normatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif sistem sadap dengan stimulasi terhadap produksi dan karakter fisiologi klon IRR 112. Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli 2020 hingga Juni 2021 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Pusat Penelitian Karet, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia, menggunakan klon IRR 112 dengan tahun tanam 2010. Rancangan yang digunakan yaitu petak tersarang (nested design) dengan dua faktor yaitu frekuensi penyadapan dan frekuensi aplikasi stimulan dengan 3 ulangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi hasil produksi, konsumsi kulit, kandungan sukrosa, tiol, dan fosfat anorganik, total solid content (TSC) dan persentase kering alur sadap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon IRR 112 yang disadap pada frekuensi d3 dengan pemberian stimulan 12-21 kali dalam 1 tahun menghasilkan produktivitas kumulatif rata-rata mencapai 1600 kg/ha/tahun. Penyadapan dengan frekuensi d7 diikuti aplikasi stimulan 18 kali dalam 1 tahun memberikan hasil produksi per sadap lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
CITATION STYLE
Aji, M., Supijatno, S., & Santosa, E. (2021). PRODUKSI KLON IRR 112 PADA SISTEM SADAP YANG BERBEDA. Jurnal Penelitian Karet, 11–20. https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v39i1.766
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.