This paper is an analysis of the creative process done by Retno Maruti when making his dance work. I focus on Maruti’s work, titled Legong Calonarang. This work is a collaboration between Retno Maruti and Bulantrisna Djelantik; it combines bedhaya, one dance that originated from Java, with legong, a type of Balinese dance. In the work, Maruti shows the black-and-white, either/or concept of good and evil that makes the two sides of the coin of a human life. The bedhaya dance from Java, as well as the legong from Bali, are two dances that contrast in all forms, whether it be moves, music, and costume. The combination of Java and Bali is an excellent, innovative combination, that does not eliminate the feel from each origination. My research concludes with the view that the creative process done by Retno Maruti is an effort to preserve traditional arts in the middle of modernization, while still keeping the philosophy within. It can also be said that Maruti’s work is a traditional dance that is modern. Her creative process is based on her experience as a dancer who grew up in the Surakarta court, and who started her professional career by joining the Sendratari Ramayana Prambanan, in 1961. Paper ini merupakan kajian tentang sebuah proses kreatif yang dilakukan Retno Maruti dalam membuat sebuah karya pertunjukan tari. Fokus penelitian saya adalah karya Retno Maruti yang berjudul The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang. Karya ini merupakan kolaborasi Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik, yang memadukan bedhaya, salah satu jenis gaya tari Jawa, dan legong yang berasal dari Bali. Konsep hitam putih ditampilkan Maruti dalam menggambarkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia yang selalu berdampingan seperti dua sisi mata uang. Materi tari bedhaya dari Jawa dan tari legong dari Bali, merupakan materi utama dalam karya yang ditampilkan secara kontras baik dalam gerak, iringan, maupun kostumnya. Perpaduan Jawa dan Bali dalam karya ini merupakan suatu persenyawaan dalam sebuah pertunjukan inovatif namun tidak kehilangan nafas daerahnya. Dari penelitian yang saya lakukan menghasilkan pandangan bahwa proses kreatif yang dilakukan oleh Retno Maruti merupakan sebuah upaya menjaga kesenian tradisonal yang berkembang di tengah modernisasi, dengan tetap mempertahankan filosofi yang terkandung di dalamnya, dapat juga dikatakan bahwa karya Retno Maruti merupakan pertunjukan tari tradisional yang bersifat kekinian. Retno Maruti melakukan proses kreatif berdasarkan pengalamannya sebagai seorang penari yang dibesarkan di lingkungan keraton Surakarta dan mengawali karirnya sebagai penari profesional saat bergabung dengan Sendratari Ramayana Prambanan tahun 1961. Â
CITATION STYLE
Nostalgia, G. N. (2018). Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari Panggung Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara. Urban: Jurnal Seni Urban, 1(2), 157–180. https://doi.org/10.52969/jsu.v1i2.11
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.