Artikel ini membahas tentang proyek kebangkitan Islam dalam merespon modernitas di Indonesia. Dengan mengacu pada gerakan Post-Tradisionalisme Islam, artikel ini ingin melihat bagaimana pembacaan terhadap tradisi (turats) dan modernitas (al-hadatsah). Ideologi gerakan Post-Tradisionalisme Islam di Indonesia merujuk pada pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri yang, dalam banyak karyanya, memberikan ulasan dan kritiknya terhadap nalar Arab yang dianggap sebagai pangkal pembacaan terhadap tradisi itu sendiri. Post-Tradisionalisme menemukan lahannya pada gerakan Islam Nusantara yang memiliki slogan al-muhafadah ala al-qadim al-shalih (menjaga tradisi) dan wa al-akhzu bi al-jadid al-ashlah (mengambil tradisi baru yang lebih baik). Post-Tradisionalisme terbukti memiliki pandangan filosofis yang baik untuk menjaga (tradisi) Islam, tetapi juga dapat mengambil manfaat dari modernitas, sehingga dengan pandangan ini, Muslim di Indonesia mendapatkan argumentasi untuk menerima NKRI dan Pancasila ketimbang Khilafah. Oleh karenanya, Post-Tradisionalisme memberikan jalan bagi Muslim di Indonesia pada kebangkitan Islam yang sebenarnya, yakni menjembatani antara tradisi dan modernitas.
CITATION STYLE
Jamaluddin, J., & Rapik, M. (2018). Kebangkitan Islam di Indonesia Perspektif Post-Tradisionalisme Islam. Kontekstualita, 34(02). https://doi.org/10.30631/kontekstualita.v34i02.41
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.