Tulisan ini mengkaji faktor-faktor yang membentuk lahirnya faham multikulturalisme di pesantren dan dinamika yang berproses bersamanya, terutama genealogi yang mengkondisikan lembaga pendidikan ini ememiliki watak yang toleran dalam beragama dan moderat dalam menyikapi persoalan agama dan kebangsaan. Kajian ini menunjukan bahwa salah satu faktor yang membentuk watak tersebut adalah kentalnya faham sufistik yang diperkenalkan di pesantren oleh para pendahulnya yang berkesinambungan dengan pendekatan sufistik yang diintrodusir Walisongo dalam mendakwahkan Islam di Nusantara. Gambaran mengenai hal ini diperoleh melaui komparasi hasil penelitian dan kajian literatur. Melalui metode tersebut tergambar pola-pola yang melatarbelakngi lahirnya faham multikuluralisme meskipun pesantren juga memperkenalkan fiqih yang di beberapa bagian memiliki pandangan yang kontraproduktif dengan watak toleran dan faham multikulturalisme yang dianutnya. Namun secara umum faham multikulturalisme di lembaga pendidikan ini terus bertahan dan semakin terasa dibutuhkan demi menghadapi faham kegamaan yang intoleran, kaku dan sempit sebagaimana yang mengemuka belakangan ini di Indonesia. Keywords: Genealogi, Pesantren, Multikulturalisme, Toleransi
CITATION STYLE
Mustopa, M. (2019). Genealogi Multikuturalisme Pesantren dan Dinamikanya. Islamic Insights Journal, 1(1), 29–40. https://doi.org/10.21776/ub.iij.2019.001.01.03
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.