Menurunnya percakapan anak-anak dengan menggunakan bahasa Sunda tentu memiliki penyebab yang beragam salah satunya menghilangnya pola pengasuhan orang tua, teringat bagaimana orang tua zaman dahulu dalam menyanyikan kakawihan. Kakawihan merupakan salah satu bentuk folklor lisan hasil kebudayaan lama masyarakat Sunda. Kakawihan didendangkan dalam permainan anak-anak masyarakat Sunda. Penelitian ini difokuskan pada nilai literasi dini yang terkandung di dalam kakawihan untuk mengasuh anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan melibatkan seorang budayawan atau tokoh literasi dan dosen di Kota Tasikmalaya. Data diambil dengan menggunakan wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Berdasarkan data yang sudah diperoleh lagu Ayun-ayun ambing yang memiliki nilai dan tujuan untuk menyuruh anaknya tidur sambil diayun-ayun pakai samping. Néléngnéngkung dinyanyikan untuk mépéndé atau menyuruh anak tidur atau untuk mengasuh anaknya yang masih bayi. Dug geura bobo dinyanyikan untuk bayi yang sudah agak besar. Dengkleung mengandung arti pekerjaan, harapan atau doa, dan tujuan. Ucang-ucang anggé yaitu lagu permainan sunda yang dinyanyikan oleh anak sambil ucang-ucangan mengayunkan kedua kakinya. Jampé-jampé harupat adalah sebuah mantra atau lagu jampi-jampi yang biasanya dinyanyikan atau diucapkan oleh orang tua baik untuk anaknya. Jampe bunghak beuteung digunakan sebagai mantra atau jampi-jampi untuk pengobatan.
CITATION STYLE
Wakih, A. A., & Sidik, G. S. (2021). NILAI LITERASI KAKAWIHAN UNTUK MENGASUH ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 20(2), 177–184. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v20i2.33058
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.