AbstrakFilm Korea yang berjudul I Can Speak merupakan film yang diadaptasi dari kisah nyatatentang comfort women di Korea Selatan dan Jepang. Film ini menggunakan genre komedidan menjelaskan tentang seorang perempuan yang berjuang mencari keadilan atas kasuswanita penghibur atau comfort women selama lebih dari satu tahun. Penelitian ini fokus padarepresentasi identitas comfort women dalam film “I Can Speak”. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dan dikaji melalui teknik analisa Semiotika dari Roland Barthes. Untukmendapatkan tujuan dari penelitian, maka digunakan teori Gender Struktural Fungsionaldan teori pendukung The Second Sex dalam kajian feminis untuk melengkapi analisa. Hasildari penelitian ini yakni menjelaskan bahwa perempuan dijadikan objek seksual oleh militerJepang yang dikenal sebagai comfort women. Film ini menyampaikan pesan bahwa perempuandipandang sebagai orang kedua atau tidak menjadi prioritas dari laki-laki yang dikenal dengan(liyan). Gagasan dari korban comfort women ini adalah sejarah yang terlupakan dalam filmI Can Speak menggambarkan dengan jelas bahwa para korban masih memperjuangkan hakmereka. Comfort women menjadi isu sensitif dan masih menjadi topik serius hingga saat ini.Kata kunci : Analisis semiotika, comfort women, gender structural fungsional, Representasi, film AsbstractThe Korean movies titled I Can Speak is an adapted movie based on true story of comfort womenat South Korea and Japan. This movie featuring a comedy genre and describe a woman whofight for her justice a comfort women victim over the years. This study focus on representativeof comfort women identity in the movie titled “I can speak”. This type of research is a qualitativemethod using semiotic data with Roland Barthes analysis technique. To achieve the purposeof the study, a functional structural gender theory and a feminism philosophy of the secondsex support and complete the analysis . The result of this study, describe that women had been used as a sexual object for Japanese military satisfaction which is later known as comfort women. This film deliver a message of women’s become the second sex or not priority thanmen’s identified as (liyan). The idea of comfort women victim is a forgotten history yet in themovie “I Can Speak” clearly illustrate that the victims still struggling to fight for their right.Comfort women is become the sensitive issue and being a serious topic until these day.Keywords: Comfort women, functional structural gender, representative film, semiotic analysis
CITATION STYLE
Fauziatunnisa, F., & Hapsari, S. A. (2019). REPRESENTASI IDENTITAS “COMFORT WOMEN” DALAM FILM I CAN SPEAK THE REPRESENTATION OF “COMFORT WOMEN” IDENTITY IN THE KOREAN MOVIE TITLED I CAN SPEAK. Jurnal Audience, 2(2), 155–175. https://doi.org/10.33633/ja.v2i2.2711
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.