Salah satu alasan untuk meningkatkan upaya pencegahan anak dalam kebebasan seks sebelum menikah adalah melakukan komunikasi antarpribadi dengan anak. Dengan alasan buramnya potret remaja Indonesia akibat dilumuri kasus-kasus beraroma pornografi dari mulai seks bebas, aborsi, sampai HIV/AIDS. Fenomena ini terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya komunikasi antarpribadi antar orang tua dengan anak. Paradigma yang digunakan adalah Post-positivisme, dengan pendekatan penelitian kualitatif serta metode deskriptif nalisis. Teori yang digunakan adalah teori pembentukan sikap dan perilaku oleh Yvon. Hasil penelitian; Orang tua merasa sulit untuk melakukan komunikasi dengan anak, khsusunya keterbukaan tentang masalah kebebasan seks. Beberapa cara yang dilakukan para orang tua diantaranya: Menciptakan suasana komunikasi yang nyaman dan menarik bagi anak, melalui gaya bercerita tentang topik yang up todate dsb. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh para pihak yang mempunyai sikap positif, akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi. Para pihak tidak mempunyai syak wasangka, kecurigaan dan dugaan negatif, melainkan serba positif. Lebih dari itu, orang tua juga harus bisa bersikap fleksibel dalam hal positioning. Orang tua dilarang egois, hanya ingin berada di atas anak. Dalam berkomunikasi antar pribadi dengan anak, orang tua harus memahami pada saat kapan sebagai orang tua, kapan sebagai teman dan kapan sebagai orang yang di bawah anak. Kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi orang tua dengan anak sangat penting, agar komunikasi dapat berjalan lancar, mengalir tanpa beban, serta dapat membicarakan masalah kebebasan seksual.
CITATION STYLE
Prijono Soesanto, D., & Shaufi, M. (2019). Komunikasi Orang Tua dengan Anak dalam Upaya Mengantisipasi Kebebasan Seks di Luar Nikah. Communication, 10(2), 208. https://doi.org/10.36080/comm.v10i2.898
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.