Lalat rumah (Musca domestica Linnaeus) merupakan hama permukiman yang menimbulkan masalah kesehatan, ekonomi dan estetika. Walau pengendalian secara intensif dengan menggunakan insektisida sudah dilakukan, terjadinya kegagalan pengendalian yang kemungkinan disebabkan oleh terjadinya resistensi lalat terhadap insektisida masih dilaporkan. Uji hayati terhadap M. domesticayang dikoleksi dari kota Jakarta (JKT), Bandung (BDG), Yogyakarta (YGY) dan Surabaya (SBY) dengan metoda topikal dilakukan untuk mengetahui status dan mekanisme resistensi lalat rumah terhadap insektisida piretroid (permetrin) dan karbamat (propoksur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan strain yang paling rentan YGY, strain BDG adalah strain yang paling resisten terhadap permetrin dengan rasio resistensi 90% (RR90)adalah 133,7 kali, sedangkan strain SBY adalah strain yang paling resisten terhadap propoksur dengan RR90 38,36 kali, diikuti oleh BDG dengan RR90 18,22 kali. Penambahan piperonil butoksida (PBO) pada permetrin dan propoksur pada hampir semua strain menurunkan nilai LD50 dan meningkatkan rasio sinergis (SR) yang mengindikasikan bahwa enzim oksidasi fungsi campur (mixed function oxidase) berperan penting dalam pengembangan resistensi lalat terhadap permetrin dan propoksur. Hasil penelitian ini merupakan laporan pertama dari Indonesia tentang adanya resistensi lalat rumah terhadap insektisida permetrin dan propoksur.
CITATION STYLE
Hariani, N. (2015). Resistensi lalat rumah, Musca domestica Linnaeus (Diptera: Muscidae) dari empat kota di Indonesia terhadap permetrin dan propoksur. Jurnal Entomologi Indonesia, 12(3), 123–128. https://doi.org/10.5994/jei.12.3.123
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.