Pluralisme sebagai suatu praktik menjadi pengalaman yang unik, khususnya dalam perjumpaan lintas-agama. Di antara pengalaman itu, pelaku kebatinan (mysticism) sudah memiliki praktik yang langsung mengapresiasi perbedaan dalam setiap momen tanpa menimbulkan sensitivitas perbedaan keimanan. Tulisan ini bertujuan menyajikan praktik pluralisme yang baik di luar agama resmi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-fenomenologis. Partisipan penelitian terdiri dari tujuh orang perwakilan penganut Paguyuban Sumarah di Malang Raya, Jawa Timur. Teknik penggalian data dilakukan dengan cara wawancara, diskusi kelompok terfokus, dan observasi. Analisis data menggunakan teknik kategorisasi tematik fenomenologis. Terdapat dua temuan utama dalam penelitian ini. Pertama, narasi pluralisme pelaku Sumarah menekankan pada kesadaran ketuhanan melampaui ekspresi simbol, dogma, dan syariat agama sebagai hak prerogatif masing-masing agama. Kedua, Sumarah menerima secara terbuka kesadaran ketuhanan sebagai kesadaran utuh dan cerminan mental pluralisme. Implikasinya, hubungan agama-agama yang saling mengapresiasi menjadi lebih bermakna ketika seseorang bertransformasi ke dalam kesadaran pencerahan.
CITATION STYLE
Agung, Y. R., Mahpur, M., & Zawawi, M. (2022). Narasi Pluralisme Pelaku Aliran Kebatinan Sumarah. Societas Dei: Jurnal Agama Dan Masyarakat, 9(1), 29–53. https://doi.org/10.33550/sd.v9i1.296
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.