Motivasi terbesar untuk meneliti mantra tolak bala komunitas Dayak didasarkan pada fenomena bahwa mantra tersebut masih hidup dan digunakan sebagai sarana komunikasi dalam menghadapi dan memaknai setiap peristiwa hidup yang mereka alami. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis dan interpretasi terhadap makna mantra tolak bala melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik; matrik dan model dalam mantra tolak bala; dan hipogram dalam mantra tolak bala komunitas Dayak Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan semiotik Riffaterre. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara heuristik dan hermeneutik, makna mantra tolak bala berisi permohonan kepada Tuhan agar masyarakat terhindar dari COVID-19, bencana, malapetaka, dan hal-hal buruk yang menggangu kehidupan manusia. Matriks tidak hadir secara langsung dalam teks mantra, model tampil sebagai aktualisasi matriks, dan makna mantra terfokus melalui penetuan model. Hipogram dalam mantra ini merupakan hipogram potensial yang didasarkan pada realita bahwa penggunaan mantra tolak bala telah menjadi ritual yang sakral dan turun-temurun yang mereka yakini dan percayai dapat melindungi mereka dari ancaman marabahaya, malapetaka, dan sakit-penyakit termasuk COVID-19. Mantra tolak bala berfungsi sebagai media komunikasi untuk mengusir makhluk halus yang mendatangkan penyakit, bencana, atau malapetaka.
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.
CITATION STYLE
Seli, S. (2021). Mantra Tolak Bala Komunitas Dayak Kalimantan Barat: Kajian Semiotik Riffaterre. Jurnal Ilmu Komunikasi, 19(2), 172. https://doi.org/10.31315/jik.v19i2.4326