DISAIN TEROWONGAN DI BATUAN: PERBANDINGAN METODE KLASFIKASI BATUAN DAN METODE ELEMEN HINGGA KRITERIA RUNTUH GETAS-DAKTAIL BATUAN BERKEKAR

  • Louhenapessy W
N/ACitations
Citations of this article
7Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Dalam infrastruktur akhir-akhir ini di Indonesia, telah dibangun banyak terowongan di batuan . Dalam mendisain penyangga terowongan, umumnya yang dipakai adalah: metode disain dengan Sistim Klasifikasi Batuan (NATM, Q-System, RMR, RMi, dll).  Kelemahan Klasifikasi Sistim Penyangga batuan dari Institut Geoteknik Norwegia (NGI, atau  disebut sebagai Q-System) adalah sbb: a. kurang diperhitungkannya arah kekar terhadap permukaan galian terowongan; b. tidak diperhatikan pengaruh waktu; dan c. kurang analisa pengaruh air didalam  kekar dari masa batuan. Keruntuhan batuan, dipostulasikan disebabkan oleh dua pilihan runtuh:  1). runtuhnya batuan utuh / intak (intact rock) atau,  2). runtuhnya batuan berkekar (joint rock).  Tahun 1977 Barton-Bandis mengusulkan kriteria runtuh berdasarkan variabel kekasaran kekar yang diambil dari Q-system, namun diperbaharui ditahun 1996 oleh Papaliangas dkk., yang mengusulkan  terobosan baru kedalam rumus dasar keruntuhan kekar dengan mengimplementasikan pengaruh Transisi Getas-Daktail (Brittle-Ductile Transition / BDT) pada kekar. Kriteria runtuh lama - Mohr-Coulomb- dan Barton-Bandis tidak mengakomodasikan BDT.  Dalam paper ini, penulis mencoba mengimplementasikan algoritma Papaliangas (BDT) kedalam algoritma Multilaminate Model FEM dari Zienkiewicz-Pande (1977). Diusulkan suatu metode penyangga terowongan yang lebih rasional dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh tersebut diatas (a. s/d c) berdasarkan rekayasa numerik: Metode Elemen Hingga Multilaminate untuk masa kekar batuan / joint rock mass (Louhenapessy 2000, 2003 dan Zienkiewicz-Pande 1977). Akan ditampilkan diagram-diagram bunga (Rose Diagrams), tabel-tabel disain, Indeks Keruntuhan dan kurva-kurva yang berguna untuk praktek rekayasa pembuatan terowongan, tanpa ‘shotcrecte linning’.   Studi/contoh  numerik terfokus pada terowongan lingkaran, dengan sebuah kedalaman, berbagai tekanan lateral, berbagai arah kekar dan dua kriteria runtuh (Mohr-Coulomb dan Papaliangas /Brittle-Ductile).   Keywords:     Kekar (joint rock) ; Model Multilaminasi (Multilaminate Model) ; Penyangga terowongan (tunnel support) ; Diagram Bunga (Rose Diagrams) ; Indeks Keruntuhan (Failure Indices): Nilai Q; kriteria runtuh Papaliangas dan Mohr-Coulomb.

Cite

CITATION STYLE

APA

Louhenapessy, W. G. (2020). DISAIN TEROWONGAN DI BATUAN: PERBANDINGAN METODE KLASFIKASI BATUAN DAN METODE ELEMEN HINGGA KRITERIA RUNTUH GETAS-DAKTAIL BATUAN BERKEKAR. Jurnal Rekayasa Teknik Sipil Dan Lingkungan - CENTECH, 1(1), 24–34. https://doi.org/10.33541/cen.v1i1.1474

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free