Amina Wadud berpendapat bahwa al-Quran sebagai teks suci umat Islam yang selama ini ditafsirkan dengan model penafsiran klasik yang syarat dengan bias patriarki perlu dikontekstualisasikan melalui penafsiran atau interpretasi kembali, dan inilah yang kemudian melatarbelakangi sehingga beliau menulis buku yang berjudul “Qur’an and Woman”. Karya Amina Wadud tersebut sesungguhnya merupakan kegelisahan intelektual yang dialaminya mengenai ketidak-adilan gender dalam masyarakatnya. Salah satu sebabnya adalah pengaruh idiologi-doktrin penafsiran al-Qur’an yang dianggapnya bias patriarki. Dalam buku tersebut Amina Wadud mencoba untuk melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap model penafsiran klasik yang syarat dengan bias patriarki tersebut. Amina Wadud adalah seorang tokoh Feminis yang dengan pengalaman dan jenis kelaminnya sebagai perempuan telah mengalami kegelisahan dan kegalauan akan kondisi perempuan yang ter-subordinatkan dari kaum laki-laki pada zamannya. Kegelisahan dan kegalauan ini mendorongnya untuk melakukan studi dan penelitian terhadap Al-Qur’an dengan asumsi bahwa teks suci itulah yang mungkin menjadi sebab timbulnya pemahaman yang menempatkan perempuan pada posisi yang ter-subordinatkan dari kaum laki-laki. Hasil dari studi dan penelitiannya menunjukan bahwa ternyata bukanlah Al-Qur’an yang menjadi penyebab ter-subordinatkannya perempuan dari kaum laki-laki, akan tetapi yang menjadi penyebabnya adalah doktrin-theologis yang lahir dari model penafsiran tradisional-klasik oleh ulama-ulama sebelumnya yang bias patriarki.
CITATION STYLE
Harun, U. (2021). Konsep Feminisme Persfektif Amina Wadud. Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat, 17(1), 75–89. https://doi.org/10.24239/rsy.v17i1.706
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.