Tren urbanisasi beberapa tahun ter a khir mengalami pergeseran ke kota-kota sekunder, khususnya pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Purwokerto dan Purbalingga yang masing-masing merupakan ibukota Kabupaten Banyumas dan Purbalingga memiliki sejarah panjang dalam proses pembangunan Regional Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen (Barlingmascakeb). Kedua kota ini dihubungkan oleh sebuah jalan provinsi yang dilengkapi dengan transportasi umum penghubung kedua kota dimana hal tersebut menjadi dua faktor utama terjadinya urbanisasi pada sebuah koridor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urbanisasi pada koridor Purwokerto-Purbalingga. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif kuantitatif dengan metode analisis statistika deskriptif. Hasil kajian terhadap keempat indikator yaitu persentase penduduk nonpertanian, kepadatan penduduk perkotaan, proporsi daerah terbangun di daerah perkotaan, serta perubahan aktivitas ekonomi perkotaan menunjukkan kawasan mengalami proses urbanisasi yang disebabkan oleh peningkatan persentase penduduk nonpertanian (15%), proporsi daerah terbangun (4%), kepadatan penduduk perkotaan (384 penduduk/km2) serta perubahan aktivitas ekonomi dari pertanian menjadi nonpertanian yang terjadi di koridor Purwokerto Purbalingga. Penelitian ini menemukan bahwa persentase penduduk nonpertanian menjadi indikator yang paling dominan diantara seluruh indikator yang digunakan dengan perubahan sebanyak 10 desa dalam kurun waktu 10 tahun.
CITATION STYLE
Jati, B. L., Rahayu, P., & Istanabi, T. (2022). PROSES URBANISASI PADA KORIDOR PURWOKERTO-PURBALINGGA. Desa-Kota, 4(1), 103. https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.53274.103-115
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.