Urbanization is a phenomenon that cannot be avoided. Bappenas (2020) states that the population growth of DKI Jakarta has increased by 0.7%, which is an increase of 72 thousand people from the previous year, to become 10.57 million people. However, the lack of education and skills they have is one factor in the increasing number of migrant workers in the informal sector. Meanwhile, the opportunities for informal workers, especially migrants in DKI Jakarta, are not supported by the availability of adequate and affordable housing around the area, so that it becomes a problem for the growth of slum / illegal settlements that do not support a healthy life around the area. This study aims to provide an alternative place of residence for migrants who work in the informal sector in the trade and services sector in the Tanah Abang area. The final result expected is to produce a design concept and its application to shelter designs that meet the criteria of being healthy and affordable for migrants, especially those working in the Tanah Abang area. Migrants in this area find it difficult to find a place to live in a location close to the workplace, in order to save time and transportation costs. The system of sharing space in rooms and residential facilities is a residential concept used so that housing costs can be affordable. This study uses a behavioral world method with a daily architectural approach, mapping the activities of the target occupants, in order to determine the space requirements and the appropriate occupancy programs. The concept of designing this building, a healthy residence with good air circulation, has safety, comfort and beauty values even though it still applies the principle of affordability so that migrants who work in cities can live properly.Keyword : Urbanization; Migrant; Health; Affordable ABSTRAKUrbanisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Bappenas (2020) menyebutkan pertambahan penduduk DKI Jakarta naik 0,7% yaitu bertambah 72 ribu jiwa dari tahun sebelumnya, sehingga menjadi 10,57 juta jiwa. Namun rendahnya bekal pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki, menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah pekerja migran pada sektor informal. Sementara adanya peluang bagi para pekerja informal khususnya para migran di DKI Jakarta tidak didukung dengan ketersediaan tempat tinggal disekitar kawasan yang layak dan terjangkau, sehingga menjadi masalah tumbuhnya permukiman kumuh/ liar yang tidak mendukung kehidupan yang sehat di sekitar kawasan tersebut. Studi ini bertujuan memberikan alternatif tempat berhuni bagi para migran yang bekerja pada sektor informal di bidang perdagangan dan jasa pada Kawasan Tanah Abang. Hasil akhir yang diharapkan adalah menghasilkan suatu konsep perancangan dan penerapannya pada desain hunian yang memenuhi kriteria sehat dan terjangkau bagi para migran khususnya yang bekerja di Kawasan Tanah Abang. Para migran di Kawasan ini sulit mendapatkan tempat tinggal di lokasi yang dekat dengan tempat kerja, agar dapat menghemat waktu dan biaya transportasi. Sistem sharing ruang pada kamar maupun fasilitas hunian, merupakan konsep hunian yang digunakan agar biaya tempat tinggal dapat terjangkau. Studi ini menggunakan metode dunia perilaku dengan pendekatan arsitektur keseharian, dilakukan pemetaan aktivitas dari para target penghuni, agar dapat menentukan kebutuhan ruang dan program dalam hunian yang sesuai. Konsep perancangan bangunan ini, hunian yang sehat dengan sirkulasi udara yang baik, mempunyai nilai keamanan, kenyamanan, dan keindahan meskipun tetap menerapkan prinsip keterjangkauan sehingga para migran yang bekerja di kota dapat hidup dengan layak.
CITATION STYLE
Santoso, V., & Anggraini, D. (2021). KAJIAN PERANCANGAN HUNIAN SEHAT DAN TERJANGKAU BAGI PEKERJA MIGRAN DI TANAH ABANG. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(1), 729. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i1.10732
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.