WAYANG SEBAGAI SARANA UPACARA RITUAL KEAGAMAAN

  • Nugroho A
N/ACitations
Citations of this article
26Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Arti sebenarnya dari wayang adalah bayangan. Namun seiring berjalannya waktu, makna tersebut bergeser menjadi seni pertunjukan (Pandam Guritno:?). Hal itu mungkin karena dalam perkembangan selanjutnya, wayang tidak hanya ditampilkan dalam bentuk bayangannya, tetapi juga dalam bentuk visual lainnya seperti Wayang Golek, Wayang Cepak, Wayang Beber (dilukis di atas gulungan kain), Wayang Wong (dibawakan oleh penari langsung), dan lain-lain. Masih ada ketidaksepakatan yang terkait dengan asal mula pertunjukan wayang kulit. Dr. N.J. Krom berpendapat bahwa wayang berasal dari lndia Barat. Namun hal itu dibantah oleh Dr. GA. J. Hazeu dalam disertasinya, “Bijdrage to de Kennis van het Javaansche Tonee”, yang menyatakan bahwa wayang kulit adalah seni pertunjukan asli Jawa. Peneliti lainnya menyatakan bahwa wayang adalah hasil akulturasi budaya Jawa dan India-Hindu. Dengan turunnya kekuasaan kerajaan Majapahit - dan dimulainya kerajaan Islam pada tahun 1526 M - pertunjukan wayang kulit mulai disesuaikan dan diperkaya dengan konten lokal. Perkembangan baru diprakarsai oleh Wali Sanga dan Raden Patah. Adaptasi budaya wayang ini berlangsung sampai awal 16 Masehi. Pertunjukan wayang kulit berubah secara bertahap sejalan dengan selera dan estetika penduduk setempat.

Cite

CITATION STYLE

APA

Nugroho, A. (2021). WAYANG SEBAGAI SARANA UPACARA RITUAL KEAGAMAAN. Prajnaparamita, 9(1). https://doi.org/10.54519/prj.v9i1.15

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free