This study aims to describe the language phenomenon of online motorcycle taxi drivers in Jakarta related to the choice of language in conversations on social media. The method used is descriptive qualitative. Data is obtained through observation techniques on the conversations of Go-send online motorcycle taxi riders via the WA group messaging application. Based on the results of the study, it was found that Gosend motorcycle taxi drivers chose a variety of languages when interacting in the WA group. Most drivers start using and creating new languages, and use English when communicating. This phenomenon is influenced by the language created and used by drivers. They feel more comfortable when communicating in the WA application. Therefore, they choose other language codes, for example Indonesian or foreign languages. In addition, a similar incident resulted from the development of several new languages so that the Go-send motorcycle taxi drivers were nicknamed ninja turtles. Various new vocabulary or terms have sprung up among them, such as drivers, scans, cancel, orders, blur, WD, gacor, sherloc, nopon, telephone, opang, and others that were viral in the WA group application conversation. Without hesitation they choose the vocabulary or term in communicating with their interlocutors who may actually rarely meet. This is the reality of cross-cultural communication on Go-send motorcycle taxi drivers that occur in big cities like Jakarta. AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan fenomena kebahasaan pengendara ojek online di Jakarta terkait pemilihan bahasa dalam percakapan di media sosial. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui teknik simak pada percakapan pengendara ojek online Gosend melalui aplikasi pesan grup WA. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pengendara ojek online Go-send memilih beragam bahasa dalam berinteraksi di grup WA. Sebagian besar para pengendara mulai memakai dan menciptakan bahasa baru, serta menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi. Fenomena ini dipengaruhi oleh bahasa yang dikreasikan dan dipakai oleh para pengendara. Mereka merasa lebih nyaman saat berkomunikasi di aplikasi WA tersebut. Oleh karena itu, mereka memilih kode bahasa yang lain, misalnya bahasa Indonesia atau bahasa asing. Selain itu, kejadian serupa sebagai akibat berkembangnya beberapa bahasa baru sehingga pengendara ojek Go-send ini mendapat julukan kura-kura ninja. Berbagai kosakata atau istilah baru pun bermunculan di kalangan mereka, seperti driver, scan, cancel, order, blur, WD, gacor, sherloc, nopon, rekpon, opang, dan lainnya yang kemudian viral di percakapan aplikasi grup WA. Tanpa sungkan mereka memilih kosakata atau istilah tersebut dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya yang secara nyata mungkin jarang bertemu. Inilah realitas komunikasi lintas budaya pengendara ojek online Go-send yang terjadi di kota besar seperti Jakarta.Kata Kunci: komunikasi, lintas budaya, pemilihan bahasa, pengendara ojek gosend
CITATION STYLE
Harared, N. (2019). REALITAS KOMUNIKASI PENGENDARA OJEK ONLINE DI JAKARTA: STUDI KASUS PEMILIHAN BAHASA DRIVER GO-SEND. GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 4(2), 137–142. https://doi.org/10.47269/gb.v4i2.61
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.