Epilepsi yang dideskripsikan pada laporan kasus ini adalah epilepsi idiopatik dengan kejang tonik klonik. Seorang perempuan berusia 18 tahun memiliki riwayat kejang pertama kali sejak usia 6 bulan, muncul perubahan perilaku pada usia 5 tahun dan sejak itu kemudian didiagnosis epilepsi. Pada usia 16 tahun, pasien memutuskan untuk putus sekolah karena malu dengan teman-temannya. Sejak saat itu pasien hanya beraktivitas dirumah, dengan rutin mengkonsumsi obat anti kejang yaitu bamgetol tablet 200 mg dua kali sehari. Pasien sering mengatakan kepada orang tuanya bagaimana dia bisa melanjutkan kehidupannya jika tidak ada bapak dan ibunya. Pasien merasa sedih karena kehilangan teman dekatnya dan tidak lagi bisa mengikuti aktivitas diluar rumah karena takut kejangnya kambuh. Skor yang dihasilkan pada 4 domain kualitas hidup adalah 40 yang berarti pasien memiliki kualitas hidup yang tidak baik. Intervensi yang diberikan berupa aktivitas fisik ringan yang disukai pasien dan pendampingan spiritual menggunakan pendekatan rukun islam. Setelah 1,5 bulan, pasien menunjukkan perubahan sikap, pasien tampak lebih bersemangat menjalani hari-hari, dua sahabat dekatnya saling bergantian mengunjungi pada hari libur dan melakukan kegiatan yang disukai pasien secara bersama-sama, aktivitas kejang menurun dan hasil pengkajian kualitas hidup berada pada skor 75. Peran perawat terhadap upaya peningkatan kualitas hidup pasien harus mendapat prioritas utama, karena inti dari penatalaksanaan kasus terminal adalah pada bagaimana optimalisasi aspek psikologis dan spiritualitasnya, terutama dalam upaya pencapaian akhir yang husnul khatimah.
CITATION STYLE
Haryanti, D. Y., Maylanda Sundari, Ridho Firdayasano Madani, O., & Firdayasano Madani, R. (2022). PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MELALUI PHYSICAL AND SPIRITUAL TREATMENT PADA PASIEN DENGAN EPILEPSI : STUDI KASUS. Scientific Proceedings of Islamic and Complementary Medicine, 1(1), 77–86. https://doi.org/10.55116/spicm.v1i1.10
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.