AbstrakSisingaan merupakan salah satu jenis kesenian khas Kabupaten Subang. Keberadaannya muncul ketika bangsa Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. Fakta sejarah ini berdasar pada konsep awal pembentukan berdirinya kesenian sisingaan yang filosofinya bersifat patriotisme. Pada waktu itu, keberadaan kesenian ini merupakan wujud perlawanan rakyat Kabupaten Subang terhadap penjajahan Belanda. Dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan, baik dalam bentuk boneka singanya maupun dalam bentuk pertunjukannya. Adanya perubahan ini selain mencari bentuk yang sempurna juga mengikuti perkembangan zaman. Pengumpulan data tentang kesenian ini menggunakan metode deskriptif. Penggunaan metode ini untuk mengambarkan keberadaan sisingaan pada saat ini. Kesenian sisingaan merupakan jenis kesenian pertunjukan yang dilaksanakan dalam bentuk pawai atau arak-arakan. Pertunjukannya biasanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan hajatan. Sisingaan ini memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Nilai estetika tersebut berhubungan dengan pengalaman indah yang dihasilkan oleh daya estetika yang memberikan kesenangan batin, seperti terkandung dalam gerak tari, harmoninasi irama, dan perpaduan warna, baik perpaduan warna dalam boneka singa maupun perpaduan dalam warna kostum para pemain. Kreasi pertunjukan yang digelar dalam bentuk arak-arakan ini, mengkolaborasi perpaduan gerak tari, tempo dalam irama, dan estetika dalam boneka singa yang menambah suasana hiburan bagi masyarakat yang cukup menyenangkan. Selain itu, nilai estetika terkandung pula dalam unsur kebersamaan sebagai masyarakat agraris. Asas ini sejalan dengan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam jiwa budaya masyarakat Indonesia, khususnya nilai budaya masyarakat Jawa Barat. AbstractSisingaan (lion puppet) is one of performance arts belonging to Subang Regency. It is usually held in activities related to celebration in the form of a procession. It was first emerged when Indonesia was being colonized by the Dutch. The art was formerly carrying patriotism as philosophy, a kind of resistance against Dutch colonialism then. In the course of time it is experiencing many changes, both in the performance and in the puppet design. Data concerning the art were collected through descriptive method. Sisingaan has high aesthetic value contained in the dance, harmonization of the rhythm, and color combination both in the costume of the dancers and in the puppet itself.
CITATION STYLE
Rachmawaty, E. I. (2013). NILAI ESTETIKA DALAM SISINGAAN DI KABUPATEN SUBANG. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 5(3), 489. https://doi.org/10.30959/patanjala.v5i3.114
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.