Berbicara tentang maskulinitas berarti menelaah gagasan, norma dan struktur yang terbentukdi dalam kehidupan masyarakat. Maskulinitas tidak memiliki bentuk yang tetap dan berlakusama di setiap wilayah, namun bertaut erat dengan sistem patriarki yang mengutamakandominasi atas gender tertentu. Maskulinitas hegemonik merupakan praktik bagaimana menjadi laki-laki yang sesuai standar dan kemudian menjadi role model bagi yang lain dalam rangka menjaga keutuhan hierarki. Penelitian ini mengkaji seperti apa maskulinitas hegemonik yang berkembang di dalam novel Natisha Persembahan Terakhir karya Khrisna Pabichara. Dengan memakai lensa maskulinitas hegemonik ala R. W. Connell, ditemukan tiga macam maskulinitas hegemonik yang tertanam di dalam karakter atau tokoh lelaki yang ada di dalam novel tersebut. Pertama, adu kekuatan otot atau bertarung adalah manifestasi dari keberanian seorang lelaki dan di sisi lain, merupakan ekspresi atas rasa malu. Kedua, laki-laki masih pantang merasa puas kendati ia telah mendapatkan kesuksesan berupa pasangan, anak-anak maupun harta benda. Ketiga, maskulinitas hegemonik berkaitan dengan kekerasan atau dominasi terhadap tubuh perempuan. Tokoh yang mempraktikkan maskulinitas sebenarnya turut menjadi korban atas kriteria absurd menjadi laki-laki karena mereka tetap mengalami kerugian dari sisi kejiwaan dan fisik.
CITATION STYLE
Yusuf, F. (2023). Maskulinitas Hegemonik Dalam Novel Natisha Persembahan Terakhir Karya Khrisna Pabichara. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(3), 351–356. https://doi.org/10.31004/anthor.v2i3.145
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.