MAKNA DAN NILAI-NILAI MORAL DALAM SASTRA DAERAH TARSULAN PERKAWINAN DI KUTAI KARTANEGARA

  • Herawati Y
N/ACitations
Citations of this article
13Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam sastra daerah Tarsulan Perkawinan di Kutai Kartanegara. Masalah dalam penelitian ini (1) bagaimana bentuk syair Tarsulan Perkawinan, (2) bagaimanakah analisis makna dalam syair Tarsulan Perkawinan, dan (3) bagaimana pula nilai-nilai moral yang terkandung dalam syair Tarsul Perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskripsi, sedangkan teori yang digunakan adalah pendekatan struktural. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk memaknai keseluruhan isi syair dalam Tarsulan Perkawinan sebagai objek penelitian. Selain itu, teknik analitik juga digunakan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada syair tarsul tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sastra daerah tarsul sebagai warisan budaya mencerminkan kehalusan budi pekerti luhur yang masih terpelihara dengan baik di masyarakat Kutai Kartanegara, (2) tarsul merupakan  bahasa  simbol, berbentuk pantun dan syair tradisional yang menonjolkan irama  dengan  cengkok-cengkok  tertentu yang bersifat keagamaan dan perkawinan, dan (3) tarsul adalah tradisi lisan masyarakat Kutai Kartanegara yang masih terpelihara dengan baik, seiring dengan pelestarian berbagai upacara siklus hidup masyarakat dan upacara lainnya. Kata kunci: tarsul, perkawinan, syair, makna, nilai, moral AbstractThe study is to describe the meaning and moral values found in the Tarsulan Perkawinan literature in Kutai Kartanegara. The problem in this study (1) how the words Tarsulan Perkawinan look, (2) how do the words Tarsulan Perkawinan analyze the meaning of Tarsul Perkawinan, and (3) what are the moral values embodied in the words Tarsulan Perkawinan. The study uses descriptive-qualitative methods, while the theory used is a structural approach. A descriptive analysis technique is used to apply the entire text in Tarsulan Perkawinan as an object of study. Additionally, analytic techniques are also used to unearth the local wisdom values of tarsul poem. The study suggests that (1) tarsul literature asa cultural heritage reflects the virtues of preserved civility in Kutai Kartanegara society, (2) tarsul is a symbolic language, a tunic and a traditional verse that highlights rhythm with certain religious and mating bells, and (3) tarsul is an oral tradition of the well-preserved Kutai Kartanegara people, Along with the preservation of various life-cycle ceremonies of society and other ceremonies.Key words: tarsul, marriage, verse, meaning, value, moral I. PENDAHULUANSastra lisan merupakan bagian dari sastra rakyat. Predikat sebagai sastra rakyat adalah seni berbahasa yang pada dasarnya berlangsung secara lisan sehingga menjadi milik seluruh rakyat. Jika pengertian sastra itu diperluas seperti pengertian dalam sastra modern, beberapa produk budaya rakyat dapat digolongkan sebagai sastra rakyat.             Kalimantan Timur memiliki kekayaan budaya yang beragam. Keragaman budaya itu melebihi keragaman masyarakat etnis di wilayah ini. Bahkan, secara umum, sering kali terjadi penyebutan etnis tertentu yang khas, termasuk karakteristik bahasanya. Artinya, keragaman bahasa daerah tersebut berpengaruh terhadap keragaman sastra daerah dalam masyarakat Kalimantan Timur. Masyarakat Kalimantan Timur dikenal memiliki peradaban yang tinggi dan budi bahasa yang halus. Tingkat peradaban dan kehalusan budi bahasa itu tercermin di dalam seni sastra daerah, di antaranya cerita rakyat, puisi rakyat, syair, pantun, peribahasa, dan sebagainya. Selama ini, masyarakat di Kalimantan Timur awam menilai bahwa yang dimaksud sastra daerah adalah cerita rakyat. Sementara itu, produk budaya rakyat seperti madihin, tarsul, tingkilan, mamanda, peribahasa daerah, dan sebagainya, kurang mendapatkan ruang apresiasi yang memadai. Padahal, untaian kata peribahasa daerah, syair dalam tingkilan, dan pantun berwujud tarsul itu juga memiliki peran dalam penanaman nilai-nilai edukasi bagi pemiliknya. Seni pantun yang berupa tarsul pun memiliki fungsi pengajaran seperti peribahasa atau cerita rakyat. Akan tetapi, sebagai sastra daerah, cerita rakyat memang merupakan media pengajaran nilai-nilai budaya yang lebih mudah dipahami karena disajikan dalam bahasa paparan atau prosa. Sementara masyarakat agak berkesulitan mencerna

Cite

CITATION STYLE

APA

Herawati, Y. (2023). MAKNA DAN NILAI-NILAI MORAL DALAM SASTRA DAERAH TARSULAN PERKAWINAN DI KUTAI KARTANEGARA. LOA: Jurnal Ketatabahasaan Dan Kesusastraan, 18(1). https://doi.org/10.26499/loa.v18i1.5891

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free